Sebentar dulu, sekarang ini sebaiknya anda jangan berprasangka buruk dulu. Maksud saya, kali ini saya sedang tidak berusaha mencari muka, karena memang saya tidak mempunyai kompetensi yang cukup untuk bisa mencari muka, lagipula itu bukan kebiasaan saya. Tapi sungguh, kali ini saya sangat ingin menyanjung, sangat ingin berterimakasih, sangat ingin bersyukur, sangat ingin menjadi baik, pada Tuhan yang Maha Baik.
Tuhan yang selalu baik.
Maksud saya begini, saya tak selalu menyempatkan diri untuk lama-lama bersujud pada Tuhan. Kening saya masih polos tanpa tanda. Tentu saja saya lebih suka menghamburkan uang untuk hobi atau hal lain yang boleh jadi nampak tidak berguna ketimbang harus berbagi ikhlas di rumah peribadatan atau menderma kepada mereka yang seharusnya menerima seperti yang sering disampaikan di pelajaran agama. Oh, iya, mulut saya pun lebih aktif menggunjing dan mengeluh ketimbang melantun doa dan puja puji kepada Tuhan. Dan rasa-rasanya saya lupa kapan terakhir kali menggunakan mulut dan hati saya untuk bersyukur.
Jika hidup adalah sebuah perusahaan, dengan segala ketidakbaikan dan ketidakdisiplinan saya terhadap hidup, boleh jadi saya sudah lama dipecat oleh Tuhan –sang pemilik perusahaan
Hidup adalah kejutan terbaik dari Tuhan. Dan yang namanya kejutan, tentu saja tidak melulu sama dengan apa yang kita harapkan. Sekali lagi saya menggunakan perusahaan sebagai perumpaan hidup. Adalah sebuah kelaziman melihat pelaku kerja yang mengeluh di sebuah perusahaan, entah itu karena rutinitas pekerjaan yang membosankan, rekan kerja yang membuat malas cenderung muak, apalagi mereka itu mendapat gaji yang lebih besar atau karena hal lainnya yang dianggap tak sesuai harapan. Di hidup saya pun begitu, saya sering sekali merasa bosan dengan hidup yang gitu gitu aja , merasa capek dengan segala keterbatasan materi, lebih parah lagi saya kadang iri dengan kehidupan manusia yang lain yang saya anggap jauh lebih baik. Bukannya bekerja lebih baik, saya lebih memilih langkah negatif. Datang ke tempat kerja hanya untuk setor absen, apa bedanya dengan hidup yang hanya digunakan untuk membuang nafas dan kotoran.
Dengan etos kerja amburadul begitu, mana mau bos ngasih gaji gede, perusahaan juga bakal rugi kalau harus bayar gaji besar untuk pelaku kerja yang tidak produktif. Jika sampai saat ini saya tidak dipecat, boleh jadi perusahaan tidak mau menambah rugi dengan harus membayar lagi uang pesangon jika benalu itu dipecat.
Tapi, Tuhan –sang pemilik kehidupan selalu Maha Baik, teramat Maha Baik. Masih dengan segala ketidakbaikan dan ketidakdisiplinan saya yang boleh jadi semakin memprihatinkan. Tuhan tetap tidak memecat atau melupakan saya, saya tidak mendapatkan pengurangan gaji, fasilitas atau tunjangan yang selama ini saya dapatkan. Malah sebaliknya, baru-baru ini Tuhan memberikan inventaris baru untuk saya, inventaris terbaik dibanding segala fasilitas dan tunjangan yang telah diberikan selama ini. Inventaris terbaik dalam sosok malaikat kecil yang menggemaskan.
Naufal Daffa Adelmar Putra Partakusmah.
Perkenalkan, nama malaikat kecil yang dititipkan Tuhan pada kami sejak dua-tiga pekan yang lalu. Untuk kalian yang membaca tulisan ini, saya ingin memberi tahu dua hal yang jarang sekali saya sampaikan pada orang lain. Pertama, saya selalu menganggap diri saya jagoan dan setahu saya jagoan tidak pernah menangis. Yang kedua, saya sadar betul saya ini orang yang sombong, maksudnya ya itu tadi jarang betul saya mengucap syukur atas apa apa yang sudah dan pernah saya punya di hidup ini. Tapi, demi melihat istri saya yang sedang berjuang dalam batas tipis hidup dan mati sampai akhirnya malaikat kecil itu keluar dari rahim ibunya, dengan selamat. Astaga, bendungan air di mata saya hancur sempurna, dalam satu kesempatan yang sama saya menangis dan bersyukur sejadi-jadinya.
Beberapa bulan belakangan ini sejak hasil testpack itu menunjukan tanda negatif dua baris, saya menjadi seorang yang sangat penakut. Takut saya tidak bisa menjaga janin di rahim istri saya, takut tidak bisa menjaga istri saya sehingga mempengaruhi janin di rahimnya. Dan, ah anda semua tahu betul lah bagaimana rasa takutnya menjadi calon ayah. Jika belum, setelah membaca tulisan ini dan suatu saat nanti anda menjadi calon ayah, silakan datang kembali kesini. Saya sama sekali tidak akan keberatan untuk kita berbagi ketakutan yang akan dirasakan selama berbulan-bulan.
Suatu ketika, saya pernah merasa sangat berlebihan. Mungkin anda akan menganggap saya sebagai korban dari sinetron tak mendidik di televisi itu. Tapi sungguh, di usia kandungan yang sudah mulai tua saya pernah mengatakan ini kepada istri saya : Jika saat kelahiran nanti ada kemungkinan terburuk saat saya harus memilih antara menyelamatkan ibu atau anaknya, saya jelas akan memilih menyelamatkan ibunya terlebih dahulu. Maksudnya begini, saya sudah hidup lebih lama bersama dia, istri saya. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana, em baiklah ini sangat berlebihan, tapi kalian pasti mengertilah bagaimana kita tidak mau kehilangan orang yang kita sayang yang sudah sangat lama hidup bersama kita. Saya pun begitu, jika hal buruk itu terjadi saya tidak bisa membayangkan harus hidup tanpa istri saya, apalagi untuk menyelamatkan manusia yang bahkan belum sempat mengenal dunia. Sekali lagi saya sampaikan pada istri saya : “Kalau ada hal buruk nanti saat harus milih siapa. Ayah lebih milih Bunda untuk tetep ada”.
Membayangkan kemungkinan itu, istri saya menangis parah untuk dua hal. Pertama, untuk kalimat saya. Kedua membayangkan harus kehilangan janin di rahimnya. Meskipun saya tahu betul jika kemungkinan terburuk itu datang, dia akan lebih memilih anaknya untuk melanjutkan hidup. Sama seperti yang akan dipikirkan dan dilakukan oleh seorang Ibu normal lainnya.
Saya sangat terlambat sadar, bagaimana luar biasa dan hebatnya seorang perempuan.
Dan sekarang ini, setelah malaikat kecil itu lahir, saya secepat mungkin merevisi kalimat saya tadi. Jika ada hal buruk terjadi, saat saya harus memilih menyelamatkan anak atau ibunya. Jelas tanpa pikir panjang, saya akan menyelamatkan anak itu terlebih dahulu. Bukan saya tidak konsisten, atau memiliki standar ganda. Tapi kita akan sama sama tahu, bagaimana seorang anak bisa merubah logika dan cara kita memaknai hidup. Atau, kali ini saya lebih punya banyak pilihan, mereka sajalah yang selamat, saya tidak usah. Bagaimanapun seorang anak jelas lebih membutuhkan sosok ibu dibanding Ayah. Istri saya ?? Tetap istiqomah, jika hal buruk itu terjadi, dia jelas lebih memilih saya dan si kecil itu untuk tetap hidup. Ini berlebihan, tapi percaya sajalah adegan ini akan benar benar terjadi di skenario hidup kita semua nantinya.
Tapi, dengan segala ketidakbaikan dan ketidakdisiplinan saya yang boleh jadi semakin hari semakin memprihatinkan. Saya tetap akan selalu berdoa untuk bisa hidup lama, utuh sebagai keluarga untuk melihat malaikat kecil itu tumbuh besar. Untuk bisa mengenalkan malaikat kecil itu kepada dunia dan kepada Dia yang menciptakan dunia. Malaikat kecil itu boleh jadi tidak beruntung, lahir dari cikal bakal yang tidak berkualitas. Anak itu, boleh jadi suatu saat nanti akan kecewa lahir dari orang tua yang memiliki banyak sekali kekurangan dan keterbatasan. Semoga saja anak itu bisa cepat mengerti bahwa ini semua bagian dari kejutan Tuhan. Tuhan tentu saja memiliki banyak maksud dan tujuan dari setiap kejutan yang Dia buat. Tapi, Daffa, ketahuilah Nak, kami sungguh beruntung mendapat kesempatan untuk bisa menjadi orang tua kamu. Maka izinkan kami untuk menjadi orang tua yang suatu saat bisa kamu banggakan. Tenang saja, Ayah dan Bunda tahu betul kamu akan jadi anak yang luar biasa dan membanggakan. Dan Ayah yakin, kamu bisa membantu Ayah dan Bunda untuk berterimakasih atas semua kebaikan Tuhan.
Tuhan, saya sedang tidak mencari muka. Tapi sungguh, saya sangat berterimakasih atas semua kesempatan ini. Sungguh sangat memalukan jika saya masih tetap mendustakan nikmat, karunia dan kejutan yang telah kau berikan. Terlepas dari akan bagaimana nantinya, saya berjanji akan memperlakukan dan menjaga dengan baik malaikat kecil ini. Karena saya percaya, jika saya bisa mengembalikan inventaris kehidupan ini dalam kondisi yang baik kepada-Mu, Tuhan . Boleh jadi Malaikat kecil inilah yang akan membantu kehidupan saya di masa pensiun nanti. Masa pensiun yang oleh manusia lainnya lebih sering disebut, surga.
AHHHHHHH KAAAAK UCHAAAAAAA….bikin aku berkaca kaca ikh….harus banget ya bikin tulisan yang bikin berkaca kaca gini? Pertama karna apa yang kakak bilang ke kak Iki. Keliatan banget sayangnya. Kedua karna Kak Iki nangis. bisa kebayanglah perasaannya Kak Iki waktu Kakak bilang gitu….
Selamat ya Kak Ucha dan Kak Iki atas lahirnya Daffa. Ateu belom pernah liat langsung, semoga ada kesempatan kita secepetnya ketemu ya :*
Semoga doa dan harapan kakak terkabul semuanya. Semoga jadi ayah yang baik buat Daffa dan semoga Daffa jadi anak yang membanggakan…..
akan ada saatnya nanti ma kamu akan ngalamin periode berlebihan kaya gitu 🙂
ditunggu di cikarang loh ateu
makasih doanya
aminnnn
Siap Ayah Daffa. sekalian aku kenalan sama Bundanya Daffa juga :))
Selamat mas bro atas kelahiran putranya…
Semoga jadi anak yg selalu menebar manfaat.
Jadi ngebayangin, 20 tahun lagi dia baca tulisan ini. Semoga 20 tahun lagi, blog ini masih ada biar Daffa bisa membaca postingan ini 🙂