Sekarang kita semua sudah sampai di penghujung tahun, tinggal beberapa hari sampai kita harus mengganti semua almanak yang menggantung atau yang diletakan sembarang dengan -tentu saja almanak yang baru. Ah, itu mudah terlalu mudah cukup mengeluarkan lima sampai sepuluh lembar uang ribuan untuk membeli satu dua almanak, atau makan siang di restoran cepat saji untuk mendapatkannya dengan gratis setelah membayar tagihan untuk makan siang tadi. Tapi siapa peduli dengan almanak konvensional ?? Dewasa ini, bahkan sudah banyak rumah yang tidak punya almanak, fitur yang ada di seluler sudah lebih dari cukup untuk manusia mengingat penanggalan, jadi, mari berhenti membahas tentang itu.
Tahun ini segera habis, seperti sebelumnya manusia manusia dipenjuru dunia menyibukan diri untuk merayakan pergantian detik di akhir malam tanggal tiga puluh satu Desember. Sebagian lagi membuat daftar resolusi yang akan dilakukan di tahun yang baru nanti yang lebih dari separuhnya adalah resolusi yang dibuat tahun kemarin kemudian di copy-paste untuk resolusi tahun ini, ah , boleh jadi resolusi tahun kemarin adalah resolusi tahun kemarinnya lagi, jadi kita membuat resolusi yang sama setiap pergantian tahun. Antara menjadi mainstream untuk ikut-ikutan bikin resolusi musiman, atau memang tak ada keinginan untuk wujudin resolusi itu, atau keduanya ?? Entahlah.
Dua ribu empat belas mungkin saja jadi tahun yang paling kompleks dari dua puluh lima kali saya melewati tahun yang berbeda, atau setidaknya yang masih terekam di ingatan saya. Anak bola tentu dibuat kaget dengan kiprah Spanyol di Piala Dunia 2014 kemarin, tuan rumah Brazil yang luluh lantah dan ditutup dengan kemenangan dramatis Jerman atas Argentina menjadi salah satu cerita di tahun 2014. Timnas Indonesia yang porak-poranda menjadi sebuah kemakluman lain untuk anak bola Indonesia. Dalam lingkup yang lebih kecil, Bandung dan Jawa Barat berpesta usai Persib menjuarai Liga Indonesia setelah puasa selama hampir 20 tahun. Cabang olahraga lain ?? Selain Taufik Hidayat yang “marah-marah” karena bulutangkis Indonesia dianggap tanpa prestasi oleh salah satu petinggi PSSI, saya tak terlalu mengikuti, silahkanlah cari tahu sendiri.
Pada dua ribu empat belas juga Indonesia merayakan pesta politik terbesarnya –setidaknya itu yang dibahas di media media penjilat. Pesta yang saya tidak mau ikut didalamnya juga saya harap cepat selesai, tapi tidak pada kenyataannya. Setelah berbulan bulan jelas diketahui siapa pemenang dari ”kompetisi politik” tersebut masih menyisakan intrik-intrik kecil dari penikmat pesta tadi yang terbagi menjadi dua kubu besar, ultras politik yang terlalu fanatik. Dan abang Jonru ganteng Ginting adalah salah satu capo ultras yang (tetap) lantang bersuara , tak peduli kubu yang didukungnya telah kalah, dengan begitu telak.
Dari panggung hiburan, pahit manis datang di dua ribu empat belas. Dari sekian banyak tontonan yang menghiasi panggung hiburan tahun ini Stand by me, Doraemon mungkin menjadi penutup yang manis setelah sepanjang tahun publik dibuat jengah dengan eksploitasi berlebih kehidupan selebritas lokal yang di eskpos secara bejat oleh beberapa stasiun tv swasta, perampasan frekuensi publik yang mereka bilang. Sering kita mendengar kalimat protes kepada media : berhentilah membuat orang bodoh menjadi terkenal di tahun tahun berikutnya mungkin harus ada kalimat protes tambahan : Berhentilah memanjakan orang orang terkenal yang bodoh. Di penghujung tahun saya mendapat giliran dibuat bodoh setelah terperangkap hasutan media yang terkemas dalam hadiah rumah 4 miliar, secara semena-mena program itu membuat saya bermimpi semu, tentang kekayaan instant yang mungkin didapat, anggaplah program itu hanyalah sebuah konspirasi demi rating yang meninggi, tapi dengan mempersetankan pola pikir yang rasional, program itu membuat saya dan banyak orang lain terjebak dalam harapan kosong yang bodoh.
Semoga tak terjadi lagi di kemudian hari.
Dari segala hal yang terjadi, dua ribu empat belas meninggalkan kesan yang cukup baik untuk saya pribadi. Menikah –yang menjadi pemuncak di daftar resolusi saya beberapa tahun terakhir, berhasil saya wujudkan di dua ribu empat belas. Ditambah kehamilan istri (dan dipastikan bayi didalam kandungannya adalah laki-laki) menjadi puncak cerita indah yang Tuhan berikan di tahun ini. Pernikahan adik saya beberapa bulan kemudian menambah kesan lain di dua ribu empat belas ini. Di penghabisan tahun saya coba untuk menyingkirkan mimpi bejat tadi, tentang rumah 4 miliar itu, kembali ke realita hidup di alam nyata, bahwa apa yang kita inginkan lebih indah jika didapat dengan keringat yang kita hasilkan. Proses pengajuan rumah (nyata) menjadi cerita penutup di dua ribu empat belas ini.
Di dua ribu lima belas nanti ada dua resolusi baru yang belum pernah saya masukan ke dalam daftar resolusi sebelumnya , yaitu kelahiran yang disertai kesehatan dan keselamatan untuk anak dan ibunya serta kabar baik dari proses pengajuan rumah di dunia nyata tadi. Dan satu resolusi sama yang selalu ada di daftar saya setiap pergantian tahun : Membuat sebuah karya tulis yang bisa dibaca masyarakat banyak.
Akhir kata, terimakasih untuk semua pengalaman dan cerita yang hadir di dua ribu empat belas ini. Semoga tak terlalu banyak cerita pilu seperti bencana , kecelakaan, pengrusakan dan hal hal kelam lain di tahun-tahun berikutnya. (Turut berbela sungkawa untuk para korban dan keluarga yang ditinggalkan dalam musibah yang menimpa pesawat air asia kemarin).
Dan , Selamat datang dua ribu lima belas
You know how to finish the year well. Tulisan sederhana tapi bikin aku ikut ngerasain 2014nya kakak*tsaaah bahasa aku*
Btw aku doain resolusinya terwujud semua. Terutama buat baby boy dan mamahnya…hihiii…dan karya tulisnya aku nantikan !
Btw,kalo aku resolusi dibuat sejalan waktu dan sederhana. Bisa nyetir, bisa renang,ke gathnas,dan yang terbaru mulai nulis lagi :))