Scroll Top

KAPAN PESTA ITU USAI ???

“Demi secuil harga diri atau sebuah arogansi mereka tak akan sudi menerima hal negatif atas apa apa yang telah mereka pilih”

Kamis 17 Juli 2014 jam 9.19 pagi Bapak Walikota Bandung Memposting sebuah tweet yang cukup menarik. Yang isinya menyinggung tentang pandangan beliau terhadap kondisi Indonesia saat ini, atau lebih spesifiknya kondisi Indonesida ketika menyambut Pesta Demokrasi saat ini.

RidwanKamil Tweet

Hari ini hari kesembilan pasca pemilihan presiden Republik Indonesia yang ke-7 , Pemilihan Langsung yang ketiga seinget saya setelah sebelumnya diadakan pada tahun 2004 dan 2009 seperti yang kita ketahui pada 2 kesempatan tersebut Bapak Susilo Bambang Yudhoyono yang terpilih menjadi Presiden Republik Indonesia (periode 2004-2009 dan 2009-2014) . Saya tidak terlalu memperhatikan antusiasme Indonesia di dua kesempatan tersebut, pada 2004 saya belum mempunyai Hak Pilih, dan di 2009 saya sudah berada di perantauan, tapi seingat saya pada dua kesempatan tersebut suasana Indonesia relatif stabil atau katakanlah “normal”.

Tapi menurut saya Pemilu kali ini , Indonesia berada pada kondisi yang sangat “Ramai” menjurus Lebay dan hampir menuju ke titik yang memprihatinkan.

Pemilu kali ini adalah pemilu (yang mungkin) pemilu yang paling membuat warga Indonesia menjadi antusias, data KPU di Pemilu Legislatif kemarin menunjukan angka golput menurun yang semua ada di angka 29,1 % pada 2009 menjadi 24,89% pada 2014 ini, dan pada pilpres 9 Juli kemarin angka golput diprediksi makin menurun.

Lalu apa yang menyebabkan “kesadaran” masyarakat Indonesia untuk menggunakan Hak Pilih nya menjadi meningkat dibandingkan 2 pemilu langsung sebelumnya?? . Saya pikir, mungkin karena jumlah kandidat calon presiden dan wakil presiden nya, pada pemilu sebelumnya ada 5 pasangan calon (2004) dan 3 pasangan calon pada 2009. Di 2014 yang hanya menghadirkan 2 pasangan calon, membuat masyarakat lebih mudah memilih, satu diantara dua jelas lebih mudah daripada satu diantara tiga atau lima. Memang pada 2004 ada putaran kedua yang menyisakan 2 pasang calon saja, tapi ayolah masyarakat sudah terlanjur malas saat itu.

Dengan hanya ada 2 pasangan calon menimbulkan reaksi dua arah dari masyarakat. Reaksi positifnya (mungkin) adalah Jiwa demokrasi Indonesia muncul, hampir di semua kalangan, tua muda semua tumpah riuh memeriahkan pesta 5 tahunan ini. dan Social Media sebagai dewa komunikasi saat ini menambah semarak moment ini. Tak bisa dipungkiri peran social media sangat besar dalam pesta demokrasi kali ini, banyak pemilih awam yang sebelumnya masih bingung untuk menentukan pilihan satu diantara 2 pasangan calon tadi menjadi mantap ketika rajin melihat halaman social media. Apalagi jika melihat idolanya menentukan pilihan politik ke satu sisi, banyak yang langsung ikut-ikutan, latah ?? Ga masalah, itu seolah udah jadi budaya baru di negri ini. –dan maka bersukurlah kalian yang menentukan pilihan politiknya mandiri tanpa keterlibatan orang lain-. Ketika matanya sudah terbuka, dan memiliki pandangan politik, sebagian banyak dari mereka akan menjadi sangat (pura-pura) paham dalam berpolitik, merasa apa yang dia pilih adalah yang paling benar. Sifat dasar manusia sebagai makhluk yang sombong akan begitu jelas terlihat, itulah reaksi negatif dari demokrasi politik kali ini.

Kita coba bagi beberapa kelompok manusia dalam pemilu kali ini :

  1. Kalem
    Ini orang yang cuek, dia tidak ambil pusing dengan apa yang dikatakan orang lain, dia sudah punya pilihan. Lalu harus apalagi ??
  2. Haters
    Kelompok orang yang memilih salah satu pasangan calon hanya karena tidak suka dengan pasangan calon lainnya. Mereka cenderung menjelek-jelekan lawan pasangan calon politiknya agar orang lain tidak memilih lawannya tersebut.
  3. Fanboy.
    Mungkin mereka bagian dari tim sukses, atau minimal mereka memiliki kekaguman terhadap pribadi / Sosok salah satu pasangan Calon. Mereka Mereka cenderung menjelek-jelekan lawan pasangan calon politiknya agar orang lain memilih pasangan calon yang dipilih oleh kelompok ini.
  4. Latah.
    Mereka ini tipe yang ga jelas, kemungkinan mereka menyukai atau mengagumi salah satu dari kelompok Haters / FanBoy dan kemungkinan dari kelompok inilah mayoritas pemilih dalam pemilu kali ini. Maka Apabila ada seorang public figure yang berada di kelompok Haters / FanBoy maka berbahayalah Indonesia karena Presidennya dipilih oleh orang orang yang latah.
  5. Masa Bodo.
    Kelompok dimana orang ini lebih memilih diam, tidak peduli dan terlanjur malas menentukan pilihan. Dan saya termasuk dalam kelompok ini.

Sudah sebulan lebih, semenjak masa kampanye dibuka sampai sekarang setelah pemilu selesai dilaksankan debat terbuka antara kedua pendukung calon pasangan masih aja. Reaksi positif dan negatif dalam pesta demokrasi ini berjalan beriringan , saat mata terbuka, pilihan ditentukan maka pikiran akan terus dipakai untuk mencari pembenaran atas apa yang mereka pilih, Demi secuil harga diri atau sebuah arogansi mereka tak akan sudi menerima hal negatif atas apa apa yang telah mereka pilih. Salah satu pihak yang tidak terima akan membalas mencari pembenaran dan tentu sajah celah untuk mencari poin negatif dari lawan politknya, meskipun cuma setitik akan menjadi efek bola salju, terus begitu sampai menjadi siklus. Saya malah ingin menengok buku pelajaran IPA kelas 3 SD saya ingin memastikan apakah siklus debat buta pendukung capres ini sudah masuk dalam pola rantai makanan. Dan percayalah lepas 22 Juli nanti, siklus ini tak akan berhenti.

Jika dalam sepakbola,  Ultras / Hooligan kerap dikutuk atas fanatisme butanya, apa bedanya dengan mereka yang terjebak dalam siklus itu ??Kita sebut mereka Hooligan politik ?? Boleh juga.

Diramut dari wikipedia, Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara konstitusional maupun nonkonstitusional. Saya bukan orang yang paham politik , tapi saya tertarik dengan kalimat seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan dan dari situ saya jadi paham, mengapa mereka bersikukuh berharap dan berusaha memuluskan pilihannya untuk berkuasa, dengan ilmu yang mereka punya mereka akan melakukan apapun, mungkin mereka anggap itu adalah bagian dari seni tadi. Dan apa yang paling menyedihkan di siklus terkutuk tadi ?? Tak peduli siapapun, siapa siapa yang tidak sejalan , LAWAN !!!!

Tak peduli itu teman, teman akrab bahkan saya lihat mereka sering adu argumen menuhankan pilihannya. Percayalah untuk kamu yang terjerumus terlalu dalam dalam siklus terkutuk tadi akan sadar saatnya nanti, bahwa orang yang kamu hina, orang yang kamu caci maki itu adalah temanmu sendiri, dan disana, orang yang kamu dukung mati-matian, sama sekali tak mengenalimu , tak akan mendoakanmu apalagi  sampai menyolatimu ketika kamu mati, nanti.

Yang semakin menyedihkan adalah banyak dari teman saya yang seperti itu.

Ada beberapa kalimat yang sering saya dengar dari para pendukung kedua kubu.

“Saya ga rela Si A memimpin Indonesia, makanya saya pilih si B” 

“Saya Ingin negri ini jauh lebih baik, makanya saya pilih si A, kalo si B yang mimpin pasti bakal bla bla bla”

Betul hidup itu butuh perbandingan, tapi apa tidak bisa kita membandingkan hal hal yang bagusnya ?? Tentu akan lebih enak didengar jika kalimat tadi diganti menjadi :

“Meskipun si A bagus, tapi saya lebih ingin si B yang jadi pemimpin negri ini”

“Program si B bagus tuh, tapi menurut saya program si A sama bagusnya, atau mungkin lebih bagus, saya sudah yakin memilih si A”

Bukankah terdengar lebih positif, dan optimis ??

Banyak pertanyaan yang ingin saya sampaikan kepada mereka yang aktif dalam siklus tersebut. Kenapa mereka sampai melakukan hal sebegitu menjijikannya ??

Seringkali mereka beralasan “Demi masa depan Indonesia, saya memilih Mr X” , andaikan si Mr X itu ga kepilih apa cuma sampai situ mikirin “Masa Depan Indonesia??”

Andaikan si “Mr X” ga sesuai sama apa yang dipikiran dan harapannya, apa yang akan dilakukan terhadap si “Mr X” itu ??

Semoga saja, setelah ini semua Sila Ke-3 kita masih tetap sama masih tetap “Persatuan Indonesia”

Ah sudahlah, negri ini memang selalu menarik dan saya selalu mencintai negri ini dengan sistem yang selalu saya benci

Related Posts

Comments (2)

artikel bagus, materi yang dirasa berat tapi bisa dibawakan secara santai dan “renyah” , sangat cerdas…

memang setiap orang punya pilihan dan hak dalam berpolitik, tapi menurut saya siapa yang terbaik menurut kita cukup jadi pilihan kita di bilik suara. selapas dari itu ya sudah bukan urusan kita lagi toh setelah terpilih pun belum tentu mereka ingat kita. dan siapa pun yang menang itu memang sudah menjadi kehendak tuhan. dan itulah yang terbaik menurut tuhan buat kita semua. karena DIA tau segala sesuatu yang kita tidak ketahui. itu juga klo tuhan masih sayang ama bangsa ini heheeh 🙂

“itu juga klo tuhan masih sayang ama bangsa ini heheeh”

Tuhan akan selalu sayang, sekarang bagaimana caranya bangsa ini menanggapi rasa sayang yang Tuhan kasih …

Leave a comment