Buat temen temen yang sering baca blog gue pasti dah apal bener, kalo isi blog ini ga jauh jauh dari bahasan tentang Long Distance (Real)lationship. Mungkin sebagian ngerasa bosen sama isi tulisan yang monoton, ga jauh dari tema tentang hubungan dengan jarak dan waktu. Sebagian lagi ngerasa muak dengan gue yang sok “tegar” jalanin hubungan jarak jauh.
Kalo bener hal hal tadi sempet kepikiran di benak orang yang baca … jawaban gue, iyaa sama, gue bosen.
6 Tahun berhubungan, 80% nya kebatas ama jarak, ama waktu … kalo ada yang bilang, “waktu” pacaran dihitung berdasarkan intensitas ketemuan, berarti gue belum 6 tahun berhubungan, baru beberapa bulan terakhir ini gue bisa rutin seminggu sekali ketemu sama pasangan gue, sebelumnya ?? Paling cepet sebulan sekali. Berarti setahun 12 kali ketemu, berarti kalo dihitung kasar, dalam 6 tahun cuma sekitar 72 kali ketemu, Bahkan intensitas ketemuan kita ga lebih banyak daripada jumlah goal Lionel Messi di tahun 2012.
Nyesel ?? Enggak, sama sekali engga … Kaya yang pernah gue tulis , tentang rasa terimakasih gue untuk hubungan jarak jauh di semua keterbatasan waktu yang gue punya, banyak pelajaran yang bisa gue ambil dari hubungan ini, tentang bagaimana gue harus menghargai sebuah komitmen, tentang mengedepankan rasa percaya ketimbang curiga, tentang bagaimana gue harus belajar untuk bijak di tengah jarak.
Dan sekarang, gue masuk ke tahapan baru di hidup gue, sekarang gue berenti bermain dengan jarak, berhenti menunggu waktu, cukup sampai disini hubungan jarak jauh yang gue jalanin, terimakasih untuk semua pelajaran yang udah dikasih. Sekarang gue masuk ke babak baru, babak tambahan dalam gue berhubungan, babak final dalam hubungan tanpa “status” ini. masih dengan orang yang sama, dengan harapan yang sama, dan mimpi yang tak akan pernah jadi beda.
Banyak hal hal lain yang harus gue pelajarin di babak ini, karena emang ga akan sama, ga ada jarak yang ngebatasin, ga terlalu lama nunggu untuk bisa ketemu, ketemu tiap hari pun bisa, bosen ?? bisa jadi , tapi akan ada konsep terencana, yang harus disiapin, dan itung itung untuk pembiasaan ketemu tiap hari saat kita ganti status, nanti.
Dengan intensitas ketemu yang lebih banyak, kemungkinan masalah dan konflik akan lebih banyak, Well, selama ini kita bisa ngatasin masalah yang dateng ke hubungan kita, meskipun badan kita ga menjejak di tanah yang sama, dan sekarang , atau nanti, harusnya lebih mudah untuk kita nyelesain masalah yang mungkin dateng nanti, saat itu kita bisa saling bertukar pikiran, dan nyatuin pendapat , meski kebatas sama jarak, sekarang atau nanti saat kita udah duduk bareng masa iya ga bisa nemu jalan keluar. Anggaplah ini gladi resik sebelum nanti kita udah berada didalam ikatan yang lebih hakiki.
Mungkin ini tulisan penutup, tentang hubungan jarak jauh yang gue alamin. ga akan ada lagi tulisan tentang gue, tentang kita, di tulisan hubungan jarak jauh nantinya, Kalopun nanti ada lagi tulisan tentang hubungan jarak jauh, itu adalah pengalaman temen temen yang bersedia “cerita” nya dijadiin pembelajaran untuk orang lain.
Terimakasih, Long Distance Relationship.
Ngebaca artikel ini gw jadi sedih dan senang.
Sedih karena gue juga salah satu pelaku LDR ngalamin masalah yang sama yaitu jarak dan waktu.
Tapi di akhir artikel ini gue seneng karena ada orang yang bisa melewati LDR ini ke jenjang yang lebih mulia yaitu pernikahan dan itu jadi suatu motivasi untuk para pelaku LDR kaya gue ini.
Selamat utk Ucha jalan masih panjang.
hehehe…
belum nikah sih roy, tapi akan segera 🙂
doa nya aja
emm, kalo yakin sih, pasti bisa kok