Setelah menunggu hampir dua minggu lamanya, lelaki itu telah mendapatkan jawaban. Telepon genggam yang selama ini selalu menemani segala aktivitasnya dimanapun dia berada telah menemui akhirnya, mati total tak bisa diperbaiki. Bisa sebetulnya, hanya saja biaya perbaikannya luar biasa. Hampir menyentuh harga telepon genggam baru di pasaran. Ia terduduk lesu di ruang tunggu service centre mukanya sungguh tak sedap dipandang. Ia tampak kebingungan menimbang-nimbang lama sekali, menghitung sisa tabungannya yang mulai menipis.
Ia melakukan panggilan suara menghubungi istrinya untuk meminta izin. “Bunda, boleh ayah beli hp ??” tak ada kalimat pembuka basa-basi. Ia lalu menjelaskan secara detail keadaan telepon genggamnya yang dalam dua minggu terakhir berhenti beroperasi sama sekali. Di seberang sana terdengar suara istrinya ikut mengitung, mengkalkulasi singkat neraca keuangan rumah tangga untuk satu bulan kedepan. Keputusan telah dibuat “Silakan, yah. Tapi kalau bisa jangan yang mahal-mahal ya”. Si lelaki tersenyum, berterimakasih. Satu dua kalimat kemudian panggilan suara itu berakhir ia harus segera pergi ke pusat penjualan elektronik di kotanya. Salah satu yang terbesar di negeri ini.
Perlu waktu satu jam perjalanan ke pusat penjualan elektronik di kotanya tambahkan lima belas menit untuk mendapatkan toko yang cocok. Lelaki itu menepi ke salah satu toko di lantai dasar. “Silakan pak, mau cari hp apa??” si pemilik toko ramah menyapa. Yang ditanya diam sesaat, kebingungan, tidak punya ide karena memang tidak ada persiapan dan referensi sama sekali. Si pemilik toko paham calon pelangganya sedang kebingungan lalu kemudian ia memberanikan diri untuk menawarkan beberapa pilihan produk yang dimiliki toko tersebut. “Tidak pak, saya sedikit anti menggunakan hp itu. Apa menariknya?? Terlalu banyak orang yang memakainya” lelaki itu menolak tegas ketika disodori telepon genggam keluaran terbaru dari salah satu pabrikan besar ternama.
Tak kehabisan akal, si pemilik toko berinisiatif menanyakan spesifikasi yang dicari oleh lelaki itu. Karena sudah cukup lama tak mengganti hp-nya lelaki itu sedikit kebingungan karena benar-benar buta dengan perkembangan teknologi seluler, ia hanya bisa menjawab sekenanya tanpa banyak persyaratan khusus. Si pemilik toko mengusap-usap janggutnya yang tidak terlalu lebat, ikut berpikir, membantu calon pelanggannya. Ia memegang prinsip yang telah diajarkan orang tuanya dulu bahwa pelanggan adalah raja sebisa mungkin buatlah mereka merasa nyaman dan terbantu. “Ah, iya. Saya punya produk yang cocok untuk Bapak. Ini pak, silakan dicek dulu dummynya barangkali cocok”.
“Asus??” lelaki itu mengerenyitkan dahi. “Bukannya ini merk laptop??” ucapnya dalam hati.
Si pemilik toko tertawa simpul, berusaha tetap sopan demi etika terhadap calon pelanggannya yang masih mengira dirinya menawarkan laptop. “Bukan pak, sudah cukup lama Asus mengeluarkan hp. Sudah dua atau tiga tahun, saya kurang hapal persis berapa lama tepatnya” pemilik toko berusaha menjelaskan. Lelaki itu mengangguk-angguk mulai paham dan rasa-rasanya ia cukup tertarik kepada merk hp yang baru dilihatnya itu.
“Ada beberapa varian untuk Asus Zenfone 2 ini, pak” pemilik toko melanjutkan.
“Yang sedang bapak pegang dummynya itu adalah tipe Zenfone 2 ZE550ML. Salah satu yang paling banyak terjual di toko kami”. Demi mendengar kalimat si pemilik toko, lelaki itu merapatkan duduknya berusaha lebih dekat agar lebih jelas. Telepon genggam contoh yang sedari tadi ia pegang kini mulai dimainkannya, diperhatikan bentuknya lebih seksama. “Lumayan tipis ya?” lelaki itu berkomentar. “Jujur saya baru pegang hp Asus. Anu, kalau boleh tahu dibandingkan dengan ini lebih bagus mana ya??” lelaki itu memperlihatkan ‘bangkai’ telepon genggam pabrikan ternama lainnya yang baru diambilnya tadi dari service centre.
Pemilik toko mengambil telepon genggam yang tidak berfungsi itu. Diperhatikannya baik-baik, lalu melihat catatan kecil pada katalog toko miliknya lalu tersenyum, ia sudah memiliki jawaban. “Lebih kurang spesifikasinya sama pak dengan hp bapak ini” pemilik toko menjelaskan design dan spesifikasi Asus Zenfone 2 ZE550ML panjang sekali, hampir tidak ada yang terlewat sedikitpun. Seperti dia telah menghafal semalam suntuk untuk menghadapi ujian akhir semester di sekolah.
Belum selesai pemilik toko menjelaskan spesifikasi dari Asus Zenfone 2 ZE550ML lelaki itu memotong pembicaraan si pemilik toko. “Lalu apa bedanya dengan hp saya sebelumnya??”
“Ini dia” si pemilik toko menunjuk halaman katalog Asus Zenfone 2 ZE550ML. “Maaf sampai harus buka katalog pak, soalnya cukup banyak istilah yang susah saya lafalkan. Maaf, bapak sudah punya anak??”. Lelaki itu mengangguk untuk kesekian kalinya. “Baru satu pak, bulan depan tepat satu tahun”.
“Bapak muda ya. Baru menikah ya, pak?? Nah, salah satu kelebihan Asus Zenfone 2 ZE550ML ada Kids Mode. Fitur ini bisa membatasi jika suatu waktu anak atau ponakan bapak sedang memainkan hp ini. Sehingga bapak dan istri bisa mengurangi tingkat kekhawatiran ketika si kecil bermain hp. Selain itu ada juga ZenUI tampilan antar muka yang lebih ramah, sederhana namun tetap nyaman, tidak membuat mata menjadi lelah ketika bapak sedang menggunakan hp dalam waktu yang cukup lama”. pemilik toko menjelaskan dengan lancar sambil menunjukan isi katalog untuk membantu memberikan masukan kepada si pelanggan. Lelaki itu meminta izin sebentar, ada panggilan masuk di telepon genggamnya yang lain. Beberapa menit cukup untuk si pemilik toko mengambil air dan camilan, salah satu servis yang disediakan tokonya untuk calon pelanggan serius. Panggilan suara telah usai, ia diminta istrinya untuk tidak terlalu lama. “Menarik ya, selain itu apa lagi kira-kira pak??” lelaki itu bertanya.
“Kalau bapak jadi ambil hp ini, hp bapak yang barusan bisa bapak simpan di rumah. Asus Zenfone 2 ZE550ML ini punya dua slot Sim-Card bapak tidak perlu repot-repot bawa banyak hp” pemilik toko itu tertawa berusaha meyakinkan lelaki itu. “Tapi untuk yang paling menarik adalah. Sebentar pak. Nah, ini dia. Ada ZenMotion, pak. Dengan ini untuk beberapa aplikasi, ketika kondisi hp sedang terkunci bapak tidak perlu repot-repot membuka kunci kemudian mencari aplikasi. Cukup menuliskan aksara C bapak bisa langsung membuka kamera, menulis W untuk membuka browser internet, menulis S untuk membuka sms, dan V untuk melakukan panggilan suara. Ajaib deh. Sebetulnya ada beberapa lagi, tapi nampaknya empat huruf itu yang paling banyak digunakan.”
Lelaki itu meletakan telepon contoh yang sedari tadi ia pegang. Ia benar-benar sudah seratus persen fokus kepada penjelasan si pemilik toko. “Silakan diminum dulu pak airnya. Maaf ala kadarnya”. Lelaki itu tersenyum, lagi-lagi mengangguk.
“Saya tidak akan memaksa bapak untuk mengambil hp ini. Keputusan ada di tangan bapak” ucap si pemilik toko setelah terjadi beberapa tanya jawab dengan lelaki itu. “Nah, apalagi bapak suka main game. Cocok. Dengan prosesor Super Quad-Core Intel® Atom™ ZE3560 1.8 GHz, dan 2GB dual-channel DDR3 RAM astaga, itu sudah mirip-miriplah pak dengan laptop” kali ini pemilik toko sedikit berlebihan. Tetapi dengan beberapa penjelasan tambahan berikutnya sikap berlebihan itu menjadi sangat wajar.
“Tunggu sebentar pak, sedang buffer. Maklum pak, tablet saya ini masih 3G kalah jauh dengan Asus Zenfone 2 ZE550ML yang sudah bisa menerima koneksi 4G/LTE Category 4 speednya bisa sampai 150Mbit/s itu. Nah, ini dia pak sudah bisa” melalui komputer tablet merk kenamaan si pemilik toko memperlihatkan video performa dari Asus Zenfone 2 ZE550ML.
“Keren kan pak?? Foto-foto pakai kamera PixelMaster hp ini sudah mirip seperti fotografer profesional yang pakai DSLR. Nah, untuk fitur yang lainnya silakan bapak lihat disini pak. Ada beberapa halaman sampai, nah disini” si pemilik toko mengakhiri penjelasannya.
“Bagaimana pak, tertarik??”
“Tertarik sih, pak. Tapi … ” lelaki itu terlihat ragu. Terlihat jelas sekali perubahan mimik mukanya. “Hp secanggih ini pasti mahal ya” lelaki itu kehilangan semangatnya.
“Astaga !!” si pemilik toko menepuk dahinya keras sekali. Diusap-usapnya kemudian. “Maaf pak. Dari tadi panjang lebar kita malah belum membicarakan harga, ceroboh sekali saya ini. Sebentar pak saya ambilkan daftar harganya. Nah ini masih ada brosurnya pak, silakan”.
Lelaki itu terdiam sebentar. Tak percaya. Dengan spesifikasi -yang menurut si pemilik toko itu sama dengan spesifikasi telepon genggam lama miliknya tetapi harganya bahkan tidak sampai separuhnya. Ia melakukan panggilan suara lagi kepada istrinya.
“Bunda, ayah udah dapat pilihan nih” lelaki itu menjelaskan beberapa poin dari penjelasan si pemilik toko sampai kemudian ia menyebut harga telepon genggam incarannya itu. “Loh kok murah, yah?? Boleh donk kalau segitu. Yaudah, nanti langsung pulang ya, jangan lupa titipan bunda ya ayah”. Selepas beberapa kalimat berikutnya ditambah kalimat salam sebagai penutup lelaki itu menyelesaikan teleponnya.
“Saya mau ambil satu pak” keputusan telah dibuat. “Tolong ya, warna hitam, ehm, atau putih ya??”
Si pemilik toko membuka kunci lemarinya dan beraktivitas sebentar disana. Ia kembali membawa satu kotak Asus Zenfone 2 ZE550ML yang masih tersegel rapih. “Maaf pak, tinggal sisa warna hitam. Seperti yang saya bilang di awal tadi. Ini salah satu produk paling laris di toko kami, yang lainnya kosong. Ini pun cuma tersisa satu”
Lelaki itu tak keberatan. Transaksi disepakati. Dua puluh enam lembar uang tunai yang baru saja ia ambil di ATM lantai dasar pusat elektronik terbesar di kota ini diserahkannya ke si pemilik toko. Lima belas menit kemudian setelah registrasi produk untuk mengurus garansi dan dibantu beberapa petunjuk pemakaian sederhana, lelaki itu pulang ke rumah membawa telepon genggam baru dan satu dua permintaan dari istri dan anaknya.
Lelaki murung yang mukanya tak sedap dipandang diawal cerita kini telah hilang. Asus Zenfone 2 ZE550ML membuat suasana hatinya kembali riang.