
-
- Posted by andhikamppp
Siapa menyangka tim sepakbola negeri ini, meski pincang di awal, bisa berlari sedemikian jauh pada perhelatan sepakbola akbar se-Asia tenggara dalam tajuk Piala AFF 2016. Padahal di awal tahun, sepakbola negeri ini masihlah dirundung duka akibat dimatikan secara sepihak karena olah pikir ketidakbecusan para penguasa yang semena-mena. Dan di akhir tahun, kita berada di ujung jalan untuk memperebutkan singgasana tertinggi di sebelah tenggara asia melawan mereka, negeri gajah putih, sang penguasa sementara. Siapa menyangka.
Terakhir kali kita merasakan sensasi yang sama, berada di atas untuk level teratas, itu lebih kurang enam tahun lalu. Di ajang yang sama.
Read More-
- Posted by andhikamppp
Senja di penghujung November, adalah rutinitas kami duduk di teras menghabiskan waktu dengan secangkir kopi untukku, dan segelas susu atau teh manis untuk dia – tentu saja, anak sekecil itu belum aku izinkan untuk terkontaminasi kafein kopi. Tak lama ibunya datang menyuguhkan pisang goreng kesukaan Daffa, nama anak itu, lengkap sudah amunisi kami untuk membunuh waktu, setidaknya sampai matahari benar benar tenggelam nanti. “Ini obrolan lelaki, Bunda” Daffa dengan sopan tapi tegas menolak permintaan ibunya untuk ikut bergabung.
“Kali ini tentang apa, nak??” aku mengeluarkan kalimat pembuka, yang selalu sama setiap Minggunya, rasa-rasanya anak ini memiliki banyak pertanyaan berbeda tiap minggunya, pernah Daffa menanyakan dampak kenaikan BBM yang dinaikan pemerintah beberapa waktu lalu, lain waktu tentang penyebab pemanasan global, cara membuat film kartun, mukzizat para Nabi, sejarah demokrasi, rasi bintang, zodiak, dan aku sampai terkejut saat Daffa bertanya “Ayah, Sasha Grey itu siapa??”. Aku terkejut karena dua hal : 1. Dengan siapa dia bergaul 2. Jangan jangan folder komputer lupa aku sembunyikan.
“Piala Dunia Ayah, di sekolah sedang ramai membicarakan itu” kalimat Daffa membuyarkan lamunanku tentang kemungkinan pertanyaan aneh lainnya. “Hahaha Ayah pikir tentang apa, lihat tadi kau bahkan mengusir ibu masuk” Aku tertawa lega topik kali ini tidak terlalu sulit nampaknya. Aku lancar menjelaskan tentang sejarah Piala Dunia, dimana pertama kali diselenggarakan, siapa juaranya, tim yang paling banyak meraih gelar juara, Daffa mantap mendengarkan sesekali dia mencatat agar tidak lupa. “Diego Si-me- ... , siapa Ayah ??” Daffa kesulitan mengucapkan nama pemain tengah timnas Argentina di era 90-an akhir. “Diego Simeone nak, kau tahu David Beckham ?? Pelatih Inggris saat ini , 23 tahun yang lalu, di Piala Dunia Perancis gara gara provokasi Simeone itulah Beckham mendapat kartu merah, kau tahu ?? itu pertandingan sepakbola pertama yang Ayah tonton, nak” anak kecil itu menulis SIMEONE di kertas yang ia pegang. “Sejak pertama Ayah menonton sepakbola, sampai sekarang Inggris yang mereka sebut Tanah Kelahiran Sepakbola belum lagi menjadi Juara, rasa rasanya di Qatar tahun depan pun mereka tak mampu berbuat banyak, nah, kau mau bertaruh nak siapa juara Piala Dunia di Qatar tahun depan??” Daffa menggelengkan kepalanya, enggan.
“Kenapa Indonesia tak pernah ikut Piala Dunia, yah??”
Ada jeda beberapa saat setelah pertanyaan itu, aku gunakan beberapa detik waktu untuk meminum kopi yang mulai dingin, aku membutuhkan waktu beberapa detik lagi untuk bisa menjawab pertanyaan itu.
“Negeri ini tak mengizinkan kita untuk bermimpi, nak”
Ada jeda waktu yang lebih panjang untuk kami diam, wajah Daffa yang tampak bingung dengan jawabanku tadi menghiasi teras rumah kami, di sabtu senja di penghujung November.
Read More
-
- Posted by Pram Ichanx
Entah kenapa, saya adalah salah satu orang yang sejak dulu agak anti mendengar sebuah kata berbunyi “nasionalisme”. Nasionalisme bagi saya...
Read More-
- Posted by Pram Ichanx