Senja di penghujung November, adalah rutinitas kami duduk di teras menghabiskan waktu dengan secangkir kopi untukku, dan segelas susu atau teh manis untuk dia – tentu saja, anak sekecil itu belum aku izinkan untuk terkontaminasi kafein kopi. Tak lama ibunya datang menyuguhkan pisang goreng kesukaan Daffa, nama anak itu, lengkap sudah amunisi kami untuk membunuh waktu, setidaknya sampai matahari benar benar tenggelam nanti. “Ini obrolan lelaki, Bunda” Daffa dengan sopan tapi tegas menolak permintaan ibunya untuk ikut bergabung. “Kali ini tentang apa, nak??” aku mengeluarkan kalimat pembuka, yang selalu sama setiap Minggunya, rasa-rasanya anak ini memiliki banyak pertanyaan berbeda tiap…