Sudah satu minggu semenjak nusantara dihebohkan oleh berita kecelakaan lalu lintas yang melibatkan salah satu seorang pejabat tinggi negeri. Berita kemudian berkembang dengan pelbagai bumbu yang mewarnainya. Beberapa orang melihat anomali dalam kasus kecelakaan tersebut. Setelah foto-foto dari TKP diperlihatkan kepada publik, berbagai analisis muncul. Sebagian menganalisis berdasarkan sudut pandang keilmuan tentang kecepatan, tumbukan yang terjadi antara benda yang statis dan dinamis. Sebagian lagi menganalisis dengan logika seadanya. Asal sekadar cukup untuk memadu padankan hubungan antara mobil, tiang dan benjol.
Saya berada dalam kategori orang yang kedua. Dengan mengesampingkan ilmu fisika yang tidak terlalu saya kuasai saya mencoba untuk menarik benang merah tentang bagaimana Sang Pejabat bisa benjol setelah mobilnya, yang lumayan bagus, menabrak tiang yang tetap berdiri tegak seolah tak peduli dengan apa yang terjadi di sekitar. Jadi, ini adalah alasan yang mungkin terjadi menurut saya. Ya, tentu saja hanya berasaskan kepada logika saya belaka.
Pertanyaan yang muncul pertama kali setelah kecelakaan tersebut adalah: kok airbag-nya enggak muncul, sih?
Untuk diketahui, mobil yang digunakan oleh Sang Pejabat adalah salah satu SUV kelas menengah. Tidak terlalu mewah, tapi cukup wah. Dengan harga mobil tersebut yang masih jauh lebih mahal ketimbang rumah DP nol rupiah yang dijanjikan sang gubernur baru tentu saja mobil itu, seharusnya, memiliki tingkat keamanan yang mumpuni. Termasuk airbag jika misalnya terjadi kecelakaan kepada sang pengguna.
Perlu kita ketahui sebelumnya bahwasanya airbag, sebagai salah satu fitur keamanan yang ada pada mobil dewasa ini hanya berfungsi pada kondisi terntentu. Mengambil informasi dari salah satu portal otomotif, jika terjadi tabrakan pada bagian depan, seperti yang terjadi dalam contoh kasus di atas, sensor akan langsung mengaktifkan airbag jika terjadi benturan yang sebanding dengan menabrak dinding bata dengan kecepatan minimum 16-24 kilometer per jam. Cepat, kok. Semenjak benturan dimulai sampai dengan proses airbag mengembang secara sempurna hanya memakan waktu 1/25 detik. Jika kemudian airbag pada mobil Sang Pejabat tidak berfungsi, boleh jadi benturan tersebut terjadi di kecepatan kurang dari 16-24 kilometer perjam.
Kalau kecepatan saat benturan sedemikian rendah, kenapa masih bisa terjadi tabrakan? Bisa saja. Kejadian terjadi sekitar jam tujuh malam. Cukup gelap dan larut untuk anak-anak sekolah dasar keluyuran. Bisa saja, dengan kondisi gelap seperti itu tiang tidak terlihat, kan? Kan ada lampu, kok enggak keliatan? Ya barangkali lampunya rusak. Atau lampunya enggak ada masalah tapi remnya blong. Bisa saja, kan? Atau malah keduanya. Lampu rusak dan rem blong. Jika menghitung dengan menggunakan rumus percepatan, kondisi tiang listrik yang baru terlihat lebih kurang 10 meter dari objek dengan kecepatan otak mobil di bawah 16 kilometer per jam. Rem yang blong tidak akan membantu banyak. Percayalah.
Atau kemungkinan terakhir, bisa saja rem tidak masalah. Pengemudi mampu memberhentikan mobil nol koma nol nol nol satu detik sebelum benturan terjadi. Mobil menyentuh tiang listrik dengan memesona, terjadi benturan yang tidak cukup kuat mengeluarkan airbag. Akan tetapi dengan rem yang sangat baik membuat derajat kemiringan mobil berubah arah. Tekanan di dalam mobil yang timbul akibat penuruan kecepatan sampai titik nol dalam waktu nyaris lebih cepat dari mata yang berkedip membuat Si Pengemudi terlempar sampai membentur kemudi dan benjol. Bisa saja. Loh, kan ada sabuk pengaman? Memangnya yakin digunakan?
Loh, kan, Sang Pejabat duduk di belakang. Nah, ini soal yang lain.
Tapi saya di sini mencoba untuk mengajak Anda semua untuk berpikiran positif. Anggaplah mobil yang digunakan memiliki fitur keamanan yang baik, tentu saja Sang Pabrikan yang memproduksi sudah melakukan uji keamanan dengan ketentuan yang teramat tinggi, namun bisa saja airbag yang tidak berfungsi atau lampu yang mati atau rem yang blong atau sabuk pengaman yang tidak aman-aman banget adalah bentuk kelalaian dari Si Pemilik kendaraan yang abai dan tidak pernah memastikan keamanan dalam berkendara. Kita sepakati terlebih dahulu dengan skenario yang demikian. Jika begitu, kita bisa menghakimi jika Si Pemilik tidak terlalu peduli dengan kondisi kendaraannya: abai untuk merawat kendaraan dengan suku cadang berkualitas.
Jika benar demikian. Saya malah gregetan. Katakanlah Si Pemilik yang abai tersebut adalah Sang Pejabat. Jika ia mampu untuk membeli mobil dengan harga sedemikian mahal untuk kemudian ia tabrakan begitu saja seharusnya ia dengan mudah juga untuk mengetahui bahwa ada Bosch suku cadang berkualitas. Akses dunia digital sudah sedemikian mudah, kan? Percayalah, suku cadang berkualitas dapat membantu meningkatkan keamanan dalam mobilitas kita sehari-hari. Dengan aktivitas Sang Pejabat yang sedemikian padat, seharusnya ini menjadi salah satu faktor yang diutamakan.
Saya sendiri mengamini itu dengan keyakinan yang hakiki. Dalam merawat kendaraan yang saya miliki, saya tidak termasuk ke dalam orang yang harus saklek menggunakan suku cadang dengan merek yang sama dengan keluaran pabrikan kendaraan yang saya miliki. Alasannya sederhana, merek yang sama lebih sulit dicari jika pun ada biasanya harganya lebih mahal. Belum lagi pengalaman ‘dicurangi’ teknisi dalam prosesnya. Pengalam tersebut cukup membuat saya untuk merasa harus menggunakan suku cadang non pabrikan keluaran kendaraan namun tentu saja tetap harus berkualitas. Buktinya, setidaknya sampai hari ini, saya tidak pernah mengalami tuh benjol akibat benturan saat berkendara.
Jadi jika misalnya Sang Pejabat, atau mungkin pejabat lain yang berencana sama, kebetulan membaca tulisan ini. Satu yang perlu Bapak-Ibu ketahui, untuk kita yang bermobilitas tinggi, keamanan berkendara itu penting. Jika merawat terlalu merepotkan dan memusingkan ada Bosch untuk solusi berkendara aman.
Catatan:
Cerita di atas adalah fiksi. Jika ada kesamaan cerita adalah bentuk ketidaksengajaan belaka. Jadi, jangan laporkan saya, ya, Pak.
Mobil bagus tapi perawatan enggak diperhatikan atau bahkan sengaja dibuat celaka #eh gitu itu kasian yang buat sih, ya.. tidak menghargai hasil karya orang lain… Melanggar salah satu butir-butir Pancasila, tuh 😀
Agak serem kalau tahu sebenarnya ada masalah apa di ngeri kita ini.
Jadi saya gak ikut berkomentar masalah tiang listrik yang tegar berdiri walau diterpa mobil impian saya #ehgimana
Ayo,
peka terhadap kendaraan.
Jangan biarkan orang-orang tersayang celaka akibat kelalaian terhadap service kendaraan berkala.
Kesimpulan dari semuanya adalah hati-hatilah dalam berkendara. Pilihlah alat yang mendukung keamanan dalam berkendara. Ya, mungkin akan lebih greget jika kita naik mobil pake helm.
Berbicara soal airbag, entah aku baca di mana gitu kalo dia ga berkembang kalo speednya dibawah 40 km per jam. Benerkah ini?
Mungkin itu disengaja, tapi aneh juga sih, ada tabrakan diatas kecepatan rata2 tapi airbag tidak aktif. Atau mungkin keceptannya sangat pelan? Tapi (seperti yg terlihat di gambar), itu mobilnya hancur.. cur.. cur.. mengakibatkan kepala benjol. Saya perkirakan benjol seperti bakpau.
Ah, saya pusing memikirkan fiksi belaka ini.