Back

bapak

  • andhikamppp
  • Posted by andhikamppp
4 June 2015

Bunda, apa bunda ingat beberapa hari silam saat aku menangis marah –sedemikian parah. Seharian itu bunda melakukan banyak hal agar aku tenang, lalu diam. Bunda menimang aku dengan manja, memakaikan pakaian terbaik untukku, membersihkan kotoranku agar aku tetap nyaman, menyusui aku sehingga tetap bertenaga yang malah membuat aku bisa menangis lebih hebat. Hingga akhirnya bunda, kau kelelahan lalu tertidur karena lelah. Bunda tahu?? Bahkan saat tidur pun bunda tetap terlihat begitu cantik. Tak lama aku pun menyusul bunda, menyusul tidur.

Lewat tengah malam pintu kamar terbuka sungguh pelan, ayah pulang, sengaja meminimalkan suara agar aku dan bunda tidak bangun. Percuma ayah, aku hapal betul suara langkah kaki ayah yang sering tergesa-gesa dan itu sudah lebih dari cukup untuk membuat aku terbangun. Tapi lihat, bunda masih lelap, sungguh lelah nampaknya bunda hari itu, sampai bunda melewatkan kebiasaan mencium tangan ayah setiap kali ayah pulang. Demi melihat bunda tertidur saat itu, ayah tersenyum, entah kenapa begitu penuh penghargaan. Selepas mengganti pakaian kerjanya ayah lalu mencium kening bunda, aku mendapat bagian yang sama. Dan aku tersenyum, sungguh itu adalah momen terbaik setiap ayah pulang di akhir pekan.

Hari itu, ayah tak langsung tidur seperti biasanya. Melihat aku yang belum lagi tidur setelah terbangun tadi, ayah berbisik mengajakku bercanda. Satu dua gerakan kemudian ayah berhenti, raut wajah ayah berubah sendu. Semenjak aku lahir beberapa bulan lalu, baru kali itu wajah ayah terlihat tidak menyenangkan. Belum sempat aku menangis –aku ingin bertanya kenapa wajah ayah berubah muram ayah lalu bercerita banyak sekali, masih sambil berbisik malah sekarang suara ayah hampir tidak terdengar. Aku tahu, ayah tak ingin membuat bunda terbangun.

Aku khidmat mendengar bisikan cerita dari ayah. Dan kali ini aku benar-benar ingin menangis kencang, dari cerita ayah aku jadi tahu, setelah dewasa nanti aku tak boleh seperti ayah.

Read More
  • andhikamppp
  • Posted by andhikamppp
15 September 2013

"Di matamu masih tersimpan, selaksa peristiwa. Benturan dan hempasan terpahat di keningmu. Kau nampak tua dan lelah keringat mengucur deras, namun kau tetap tabah. Meski nafasmu kadang tersengal, memikul beban yang makin sarat. Kau tetap setia"

Di atas adalah salah penggalan lirik dari salah satu lagi terbaik dari Ebiet G Ade, lagu yang dipersembahkan untuk ayah. Buat gue Ayah adalah orang paling hebat, terlepas dari sosok Nabi Muhammad SAW , ayah adalah Lelaki nomor satu di Dunia. Adalah wajar bila seorang anak sangat mengagumi Ayahnya, tapi gue berusaha melewati batas batas wajar tersebut, gue dengan berani berjanji, kalo Ayah adalah sosok yang paling tepat untuk gue jadiin model hidup.

Bahkan saat gue kecil, saat ditanya tentang cita cita , gue menjawab dengan tegas kalo cita cita gue adalah  :

1. Pengen jadi Spiderman.

2. Pengen kaya Papah.

Dan percayalah, dewasa ini, gue pikir akan lebih mudah buat gue untuk jadi Spiderman, dibandingkan gue bisa jadi seperti sosok Babeh (Panggilan gue buat beliau).

Read More