“Bro, ayo siap-siap. Tenggo, kan?” aku melihat jarum panjang pada jam tangan yang kukenakan, menepuk dahi, lalu menjawab pertanyaan temanku tadi dengan sebuah tatapan heran. Astaga, ini baru jam empat lewat lima puluh lima menit, dan kau sudah siap untuk pulang? Aku memerhatikan kembali layar monitor, memeriksa beberapa file yang masih terbuka. Sepuluh menit waktu yang aku habiskan untuk memastikan semua pekerjaan hari ini benar-benar telah selesai. Sempurna, tak ada hutang pekerjaan untuk besok pagi. Aku mengangguk, “sip, sudah selesai. Kau tak keberatan menunggu tiga sampai lima menit, kan?” kali ini giliran aku yang bertanya. Sigit, teman yang aku tanya mengerenyitkan…