“Loh, sendirian aja, Mas?” seorang pramusaji, sembari memberikan daftar menu, bertanya dengan dahi yang berkerenyit. Aku menatap ke seberang meja. Di sana tak ada lagi dia yang biasanya diam berpangku dagu seolah segala kata, rindu dan apalah entah dapat diejawantahkan dengan diam belaka.”Iya, Mbak” aku tersenyum sembarang, memesan kentang goreng dan frozen hot chocolate tanpa merasa perlu melihat menu, “dan berikut-berikutnya juga sendirian” lanjutku pelan. Ia tersenyum, dengan tulus, membacakan kembali pesananku sebagai prosedur pelayanan dan memastikannya tidak salah. Aku mengacungkan jempol sebagai tanda kesepakatan. Setelah ia pergi, aku membuka laptop. Menutup mata sekejap, menghela nafas. Dan kemudian sebuah cerita…
Perpisahan
Sebelum Anda membaca tulisan ini ada baiknya, agar tulisan ini lebih dapat dikhidmati, Anda menutup mata sejenak. Kemudian membayangkan sebuah ikatan persahabatan yang Anda bina, bersama sahabat-sahabat Anda, tentu saja. Di mana canda, tawa, susah, senang menjadi hal yang luar biasa yang membuat ikatan persahabatan itu menjadi sedemikian kuat. Dan suatu ketika mereka, sahabat-sahabat Anda itu, hilang entah pergi atau mati, meninggalkan Anda sendirian. Satu per satu. Hingga akhirnya menyisakan Anda seorang belaka dalam kesepian. Sudah? Jika sudah, maka biarkanlah saya menceritakan suatu hal tentang kehilangan dan persahabatan.
“Hati boleh bodoh, otak jangan!!” Entah mengapa dalam beberapa minggu terakhir kalimat itu selalu berkelebat dan menari-nari dalam pikiranku. Berawal dari ketika aku membaca sebuah tulisan karya Christian Simamora yang kubaca berulang-ulang. Apa pasal?? Boleh jadi aku begitu terhanyut kedalam isi cerita tulisan itu, seperti aku berada didalamnya. Beberapa bagian dari isi cerita itu menjadi lekat dan begitu mengganggu pikiranku karena isi cerita itu begitu mirip atau aku bilang sama persis dengan apa yang sedang aku rasakan. Apa mungkin aku bodoh? Ah, masak iya? Apa nilai-nilai yang aku dapat semasa 17 tahun mengeyam bangku pendidikan kurang cukup membuktikan kecerdasanku yang melebihi…
Perpisahan. Hari ini seminggu tepat setelah pergantian dari bulan ramadhan ke bulan syawal. Banyak orang orang yg ngejalanin ibadah di bulan ramadhan ngerasa sedih pas “syawal” dateng, ngerasa “waktu” nya kurang. Tapi gimanapun, kalo masih ada umur, kita dan mereka pasti masih dipertemukan dengan ramadhan taun depan. Lain lagi di dunia sepakbola. Minggu ini jadi minggu pamungkas bursa transfer dimana pemaen pemaen bola masih mungkin ninggalin klub nya untuk pindah ke klub baru. Ada dari mereka yang pindah dengan senang hati, ada yang pindah karena kebijakan klub, ada yang pindah sementara, dan meskipun sementara, tapi saat ini yang pasti mereka…