Scroll Top

Cuti

Dalam rentang waktu satu minggu terakhir saya mengambil cuti dari tempat saya bekerja. Dalam rentang waktu tersebut saya juga menyengajakan diri keluar, untuk sementara waktu, dari dunia daring. Media sosial, grup-grup aplikasi percakapan, bahkan surel kantor, yang biasanya harus saya tanggapi, kini terpaksa saya abaikan. Tentu saja ada pengecualian yang saya lakukan untuk beberapa hal yang amat sangat mendesak. Pada periode waktu tersebut, saya melakukan beberapa hal yang tidak biasanya saya lakukan. Seperti misalnya menyalakan televisi di pagi hari. Ini menarik, karenanya saya jadi mengetahui Arsya, anak kedua dari Mas Anang dan istri, telah lahir dengan begitu menggemaskan. Ia, diberitakan, sedang diajak jalan-jalan keliling kota Jember menggunakan becak. Tentu saja dipangku oleh kedua orangtuanya. Tidak terasa, padahal seperti baru kemarin saja media memberitakan dengan berlebihan proses kelahiran Arsyi, anak pertama Mas Anang dan Mbak Ashanty.

Tapi saya menulis bukan untuk membicarakan mereka.

Cuti pada satu minggu terakhir adalah sebuah rencana yang telah kami, saya dan istri, gagas sejak beberapa waktu yang lama. Menyediakan waktu yang luang pada minggu kedua di bulan April adalah sebuah keharusan. Demi menghadirkan jasad kami yang utuh tanpa sedikitpun fokus terbagi, hanya untuk dia, si jagoan kecil, yang pada minggu tersebut berulang tahun. Meskipun memang waktu satu minggu penuh saja tidak cukup untuk menggantikan waktu yang hilang sejak kami memutuskan untuk ‘menitipkan’ ia di rumah neneknya.

Dalam rencana itu kami membuat daftar tempat yang akan kami datangi. Tempat yang ramah untuk pemahaman anak seusianya dan tentu saja menyenangkan baginya. Seperti misal, kebun binatang, kolam renang, kolam mandi bola (pada salah satu akun media sosial yang saya miliki saya pernah menuliskan bahwa anak ini amat menyukai bola dalam bentuk dan ukuran apapun), serta toko mainan (saya pernah berjanji padanya untuk membelikan dia sepeda dan juga gitar mainan). Untuk itu semua, kami telah menyiapkan dan memisahkan anggaran dari jatah bulanan kami.

Sampai dua hari sebelum ia berulang tahun, ketika saya menjemputnya di rumah nenek, semua tampak akan berjalan sesuai rencana. Ia begitu sumringah ketika saya datang, mengajaknya berkendara melewati batas-batas kota, sampai akhirnya tiba di rumahnya yang baru sekali ia jejak semenjak kami menempatinya. Ia memaksa saya untuk menemaninya bermain, sepanjang hari, berkeliling komplek, bersepeda, bermain bola, dan apa saja. Bahkan sampai lewat tengah malam ia masih terjaga. Saya tahu betul anak kecil itu sudah lelah, tampak dari matanya yang layu. Tapi rasa rindu kepada ayah dan bundanya, mengalahkan kelelahan itu. Saya? Tentu saja saya lelah. Butuh ketahanan fisik yang luar biasa untuk bisa mengimbangi aktifnya anak sekecil itu. Terlebih untuk waktu yang cukup lama. Namun, saya pernah berjanji. Saat saya sedang bersamanya, selagi ia terjaga, saya pun harus tetap terjaga. Sepayah apapun kondisi saya.

Keesokan harinya saya menyesalkan keputusan untuk membiarkan ia terjaga dan aktif sampai lewat tengah malam. Anak sekecil itu, bagaimanapun, memiliki batas ketahanan fisik. Bermain hampir sepanjang hari, terlebih setelah melewati perjalanan antar-kota, telah meruntuhkan ketahanan fisiknya. Ia demam, tepat satu hari sebelum ia berulang tahun yang kedua. Sampai malam tiba keadaannya tak kunjung membaik. Selain demamnya yang semakin tinggi, ia pun beberapa kali muntah. “Ayah, cape…” ia mengatakan itu setiap kali muntah. Satu kata yang cukup untuk meruntuhkan pertahanan kami. Bundanya menangis. Saya berada dalam ambang batas tangis yang masih bisa saya tahan.

Tentu saja segala rencana itu batal. Tak ada kebun binatang, tak ada kolam renang. Di hari ulang tahunnya yang kedua, ia malah bertamasya ke rumah sakit.

“Anak ini kelelahan,” dokter menyimpulkan setelah melakukan pemeriksaan, “kalau bisa istirahat saja dulu. Jangan kemana-mana.”

***

Tuhan memang maha pembuat rencana. Ketika saya merencanakan banyak hal untuk menyenangkan Si Jagoan dengan cara bermain, mengenalkannya pada hal-hal yang baru. Dia mengalihkan rencana hal itu dengan cara yang luar biasa bijak: waktu yang berkualitas. Sederhananya, dengan sakitnya Si Jagoan, membuat kami lebih memiliki kesempatan untuk lebih banyak berinteraksi antara ayah dengan anak, anak dengan bunda, atau orangtua dengan anak. Praktis, selain kegiatan di kamar mandi, semasa cuti minggu kemarin, tak sedetikpun saya berpisah dengan Si Jagoan. Bahkan, dalam kurun waktu seminggu jarak kami, dalam arti sebenarnya, paling jauh hanya dipisahkan oleh beberapa jengkal belaka. Kami benar-benar dekat secara fisik maupun batin.

Awal mula, tujuan kami mengajaknya ke kebun binatang adalah untuk ‘mengenalkan’ binatang kepada Si Jagoan. Betul, dengan sakitnya kami tidak jadi mengenalkan Si Jagoan kepada binatang-binatang melalui wujudnya. Tapi kami tetap bisa memperlihatkannya, binatang-binatang itu, melalui buku yang telah kami siapkan sejak lama. Berita baiknya adalah, selain bola, Si Jagoan memperlihatkan minat khusus kepada buku (atau gambar). Menggemaskan sekali melihat ia begitu antusias membuka halaman demi halaman buku meskipun, ya, ia tentu belum paham dengan apa yang tertulis pada buku tersebut. Tidak masalah, kami bisa membacakannya. Dan kami dibuat amat terkejut dengan kemampuannya menyerap kosakata baru dari cerita yang kami bacakan.

Tenang, Nak. Nanti Ayah beliin lagi bukunya.

A post shared by Andhika Manggala Putra (@andhikamppp) on

Dalam sakitnya, ia tidak begitu aktif sebagaimana biasa. Separuh waktunya ketika sakit dihabiskan dengan berbaring. Tentu saja, badannya tampak luar biasa lemas. Tapi, lagi-lagi, muncul sisi menggemaskan tatkala ia menepuk-nepuk bantal di sampingnya, “Ayah, sini. Temani aku tidur” maksud dari gerakan tersebut.

Bagi Anda yang memiliki banyak waktu dengan buah hati Anda. Tentu hal seperti ini adalah hal yang biasa. Amat sangat biasa. Namun, bagi saya, yang hanya memiliki waktu paling banyak delapan hari dalam satu bulan untuk bertemu dengan anak, hal seperti ini adalah hal yang luar biasa menyenangkan. Dengan keterbatasan jarak dan waktu yang memisahkan kami tidak lantas membuat luntur ikatan ayah dengan anak walau sedikit.

Syukurlah, tidak seperti yang dikhawatirkan, ia pulih dengan cepat. Tidak memerlukan pemeriksaan berlebih (dokter menyarankan cek darah jika dalam tiga hari demamnya masih juga tinggi). Hari ketiga setelah ulang tahunnya, ia sudah kembali seperti sedia kala. Senyum yang sebelumnya berbatas, telah digantikan tawa khasnya. Setelah tambahan satu hari berikutnya untuk beristirahat, kami mengajaknya ke luar rumah. Makan di tempat kesukaannya (percayalah, ia telah memiliki tempat makan favorit), bermain mandi bola dan tentu membelikan gitar mainan yang kami janjikan sebelumnya.

Dua hari terakhir sebelum masa liburan cuti habis. Kami kembali memaksimalkan waktu di rumah. Menyalakan televisi untuk menonton video-video pendidikan yang telah kami siapkan, atau sekadar menonton serial kartun pagi favoritnya (ia suka sekali dengan tokoh kartun kembar dari negeri seberang), melanjutkan membaca cerita yang ada di dalam buku miliknya, bermain basket (ya, ia juga meminta dibelikan bola basket plus keranjangnya), dan tentu saja bermain gitar bersama.

Waktunya habis.

Akhir pekan yang biasanya menyenangkan, khusus akhir pekan yang kemarin terasa amat menyebalkan. Karena dengan sangat terpaksa kami harus ‘memulangkannya’ ke rumah nenek.

***

Pada masa cuti saya benar-benar tidak melakukan aktivitas di depan komputer, tidak membuat tulisan khusus ulang tahun untuknya seperti yang saya buat satu tahun yang lalu. Bahkan saya tidak membuat satu pun cuitan ucapan ulang tahun untuknya. Aneh, sih, tapi tidak masalah, lah. Toh, masih beberapa tahun lagi sampai dia benar-benar fasih dalam membaca dan mengerti.

Televisi di rumah pun tidak mungkin lagi menyala di pagi hari. Yang artinya, cerita tentang Mas Anang dan Mbak Ashanty tidak akan mampir lagi ke dunia paralel saya. Mereka boleh bahagia di dunianya sendiri. Ehm, omong-omong tentang Mas Anang. Jago juga, ya, Mas Anang. Perasaan baru kemarin-kemarin padahal berita kelahiran anaknya menjadi tajuk utama. Sekarang sudah tambah anak lagi aja. Padahal dalam periode waktu yang sama, semenjak kelahiran anak Mas Anang sebelumnya, sampai sekarang. Beberapa teman saya masih banyak yang belum mendapat pasangan.

Catatan: gambar utama diambil dari flipsnack.com

Related Posts

Comments (31)

Coba itu berita anang-ashanti nya diperbanyak, mas.
Jangan sakit lagi ya daffa

alhamdulillah daffa sudah sembuh ya, semoga selalu sehat ya daffa

btw betul banget, ketika ada anggota keluarga kita yang sakit, baik itu anak, pasangan, atau orang tua. Disitulah menurutku benar benar ujian yg paling berat. tapi memang selalu ada hikmahnya, kalau ada yg sakit biasanya silahturrahim tidak putus putus karna banyaknya yg datang menjenguk. pengalamanku kemarin begitu, saat mengurusi ibu.

Meski gak jadi jalan-jalan tapi tetap kebahagiaan bersama bisa dirasakan dirumah. Cihuiii kumpuuulll

Saya reply disini mas Andhika.. karena klo dari Chrome mobile, kotak komentar menghilang..

Selamat ulang tahun untuk jagoannya mas. Pantesan seminggu kmrn offline terus hehehe

Mas Andhika memang suambiable banget ya, di kantor juga banyak bapak-bapak muda ya yang ngajuin cuti buat main sama anak. Haruskah aku ngajuin cuti juga buat main sambil membuat anak? *lah*

Dibilang suamiable sama cowok itu menakutkan, loh. Eh, boleh. Kapan mau main sambil buat anak? Ovariumnya udah siap?

Waaa, cepat sembuh Daffa! Semoga kalau kecapaian tidak sakit lagi ya biar bisa main terus! ❤

Alhamdulillah sudah sehat ya mas?
Bagus banget mas, cuti bekerja plus cuti dunia maya.
Aku jg kalau jalan sama keluarga tdk bawa hp atau matikan inet. Tapi msh blm bisa lama lebih dari seharian gtu.
Semoga ada kesempatan lagi buat mengajak jalan2 keluarga kecilnya ya mas, terutama memperkenalkan hal2 baru buat si kecil 🙂

Iya, Alhamdulillah sudah sehat lagi. Saya pun biasanya hanya satu-dua hari ‘offline’ di akhir pekan. Tapi untuk minggu kemarin, bisa sampe seminggu 🙂

Amin, terima kasih, Mbak.

Eh, ini komennya dimoderasi ya?

Kalimat terakhir merusak suasana. 😂😂😂😂

Sehat-sehat ya, kak Daffa, moga nggak lama lagi keturutan main ke kebun binatang.
Btw, anak 2 th serius punya tempat makan favorit? 😀

Hahaha, merusak suasana kenapa? Iya, dia hanya mau makan di tempat tertentu. Di tempat lain, gak pernah mau makan dia 🙂

Cepat sembuh Dedek manis….
Memang ya kita rencana ini itu tapi Allah yg menentukan semua. Mgkn Mas Dika sekeluarga memang diajak liburan di rumah drpd Daffa ikut tamasya kemacetan. Disyukuri saja yaaa

Adeknya serius sekali saat membaca. Bagi keluarga pekerja, me time dg anak itu terasa sebentar

Selamat ulang tahun, Daffa.
Suatu saat Daffa pasti akan bersyukur mengetahui kalau kedua orangtuanya meskipun sibuk tapi siap meluangkan waktu khusus bersama Daffa.

Orangtua zaman sekarang itu tangguh. Meski banyak yang nyinyir bahwa mereka yg bekerja tidak bisa maksimal membersamai buah hati, tapi setidaknya beberapa di antara pekerja tersebut tahu bagaimana cara memberikan waktu yang berkualitas untuk anaknya. Tetap semangat jadi orangtua dan pekerja ya Mas Dhika dan istri.

Sedih ya mas harus pisah sm buah hati tercinta, aku jdi ingat sm ponakanku, mamah papahny jg kerja jdi dirumah sm mbak. Pas weekend mereka seneng bgt karna papahmamhny drumah,sesederhana itu kebahagian mereka.
Selamat ulang tahun daffa semoga selalu jadi anaj yg soleh ya.
Caption terakhir jlebb banget,, itu akuuuu.

Endingnya nampol banget.. selamat ulang tahun kakak daffa, sehat terus ya..

Syafahullah Daffa.

Menariknya di sini, memang karena ada bumbu kisah keluarga mas Anang-Ashanty.
Tapi apakah bener mas Andhika nontonnya inpotainment?

Biasanya bapak-bapak nontonnya berita pagi.
Hehhee…biasanyaaa….

Enggak, kok, Mbak. Saya gak pernah nonton infotainment, itu hanya sekelebat aja. Dari jam 6 sampai jam 7 sambil ganti-gantian Upin-Ipin. Minggu kemarin lagi menghindari berita soalnya, monoton isinya 🙂

Ha-ha-ha.. asem bisa nih mas.. td gak bisa lohh hehe

Dikaaaa aku syedih tau baca pas si kecil sakit padahal besoknya mau ultah.

Oiya, anakmu senang dengan permainan bola dan semua yang berbentuk bundar ga? Kalau iya, cepet2 dialihkan dan kenalkan dengan bentuk permainan yang berbeda bentuk. Bukan apa2 sih hal ini udah mau masuk kategori autisme dan biasanya asik sendiri. Mudah2an engga sih ya.

*anakku mengalaminya

Sebetulnya anakku ada ketertarikan di tiga hal utama: bola, musik dan buku. Variasinya berbeda tidak masalah. Emm, Terima kasih, Mak sudah mengingatkan. Mudah-mudahan aman.

Sekarang anaknnya gimana?

Wah… semua ada hikmahnya dan tentu saja ada banyak hal baik yang terjadi. Selamat ultah ya nak. jadi kebanggaan orang tua dan nusa bangsa. Terus jangan lupa godain Arshy ya……. good boy

selain update mas anang eh endingnya ngeledek yang jones juga wkwk.. selamat ulang tahun buat si kecil mas, mudah-mudahan makin pinter, sehat, aktif, dan ceria terus. Meskipun kadang rencana yang udah kita buat ga sesuai dengan kenyataan tapi pasti ada hikmah dibalik semuanya ya.

Ih udah gede lagi Eta…. iya cuti buat sekadar leha2 kumpul bareng keluarga itu super penting bangeeettt, ini suami Meni asa susah cuti hiks

Sengaja nih mau baca jni terakhir. Eh, sweet banget bapak satu ini. Aku terenyuh. Aku mau diangkat jadi anak kalo gini ceritanya, Om. Belikan aku buku, Om! Satu etalase penuh! Belikan aku gitar! Belikan aku satu set pensil warna dan cat air! Aaak mau semua!

Semoga dedeknya gak sakit sakit lagi, ya. Sehat terus. Dan selamat ulang tahun! 😀

save the best for the last, kah? #congkak lagi

– Buku satu etalase penuh : Ada
– Gitar : ada
– Pensil warna : ada
– Cat air : belum, nanti-nanti aja, ya 🙂

Amin, terima kasih doanya, tante.

Seorang ayah yang sayang dengan anak patut dicontoh nih. Merelakan tidak pergi berlibur hanya untuk buah hati tersayangnya dan menghabiskan waktu bersama keluarga dirumah saja. Walaupun, tidak pergi kemana mana. Ketika anak sakit rela cuti lagi., Suamible banget deh mas dhika

Cuti yang paling berkualitas emang menghabiskan banyak waktu sama keluarga ya.

Semoga si dedek sehat selalu dan masa liburan segera datang lagi biar bisa liburan yang lama sama dedek Daffa lagi.

Endingnya ngeri nih.. “beberapa teman saya masih banyak yang belum mendapat pasangan”

Comment to andhikamppp Cancel reply