Scroll Top

Baru Mampir Sudah Suka Sama Tulisannya

Beberapa waktu yang lalu seorang teman pernah menulis sebuah postingan yang saya anggap isinya sangat menarik. Jika boleh saya katakan sebagai sebuah curahan hati, maka apa yang dia tulis saat itu mewakili curahan hati yang banyak dari setiap kita yang mengalaminya. Terlebih jika anda termasuk kedalam kategori penulis blog yang blognya sudah cukup berumur tetapi blognya masih seperti milik saya ini. Sepi dan diam ditempat.

Secara cerdas ia menuliskan tentang komentar sebagai materi tulisannya kala itu. Atau apa yang lebih tepat ?? Mengomentari komentar dalam sebuah postingan blog ?? Apa sajalah, silakan anda melihatnya sendiri pada tautan berikut ini : baru mampir sudah suka sama tulisannya. Ada yang aneh ?? Betul sekali, materi yang ia tulis memiliki judul yang sama dengan tulisan saya kali ini. Karena entah kenapa saya jadi ikut tertarik membahas tentang komentar dalam sebuah tulisan pada blog.

Tenang saja. Judul tulisan ini legal dengan izin sang pemilik judul sebelumnya.

Saya sangat setuju jika pencapaian terbaik seorang penulis adalah ketika tulisannya itu dibaca oleh orang lain. Kecuali sedang menulis buku harian pribadi, pastilah akan selalu ada ekspektasi untuk tulisan yang telah dibuat dibaca oleh orang lain. Bahkan ketika menulis status tidak penting pada media sosialnya. Untuk menakar kesuksesan penulis buku, kita bisa melihat seberapa banyak orang yang membeli dan membaca tulisan yang ia buat. Asumsikan membeli sama dengan membaca, berarti jika seorang penulis berhasil menjual seratus cetak buku yang ia tulis maka setidaknya ada seratus orang yang bersedia membaca tulisannya. Itu belum menghitung jika buku itu dipinjam dan berpindah dari satu tempat ke tempat lain, peluang tulisan sang penulis untuk dibaca menjadi berlipat ganda. Lalu bagaimana kemudian tulisan itu diapresiasi, itu urusan belakangan.

Lalu bagaimana cara untuk menakar keberhasilan seseorang yang hanya menuliskan apa yang ada di isi kepalanya didalam sebuah media digital -dalam hal ini katakanlah pada sebuah blog. Menurut saya untuk menakar keberhasilan penulis digital ada dua diantaranya. Yang pertama, dengan cara mengetahui berapa page views  blog yang ia miliki setiap harinya. Tetapi jika diartikan kedalam bahasa page views memiliki arti halaman yang dilihat apa masih sesuai jika diasumsikan seratus page views sama denga seratus pembaca?? Belum tentu, karena boleh jadi mereka hanya datang untuk melihat, bukan membaca. Dan, yang kedua untuk menakar keberhasilan seorang penulis digital adalah menghitung seberapa banyak komentar yang masuk untuk setiap tulisan. Saya pikir lebih adil untuk menganalogikan seratus komentar sama dengan seratus pembaca karena bagaimanapun, untuk mengometari sebuah blog anda harus pergi kebagian akhir dari sebuah tulisan. Tetapi kemudian muncul pertanyaan baru, untuk menakar keberhasilan seorang penulis digital komentar seperti apa yang harus kita hitung??

Dan pertanyaan inilah alasan pertama kenapa saya memutuskan untuk meminjam judul tulisan seperti yang saya ceritakan pada paragraf awal tulisan ini.

Beberapa waktu terakhir, blog saya ini memiliki setidaknya lima komentar pada masing-masing tulisan baru yang saya buat. Jangan salah sangka, ini bukan karena saya memiliki peningkatan dalam menulis, tetapi saat ini komentar yang masuk semata-mata hanya sebuah persyaratan nilai uji dalam sebuah kompetisi yang sedang saya ikuti. Tapi ya tidak masalah, untuk apapun alasannya setidaknya ada lima orang pembaca untuk tulisan-tulisan baru yang saya buat beberapa waktu terakhir, dan untuk blog saya yang hampir berdebu lima komentar dalam satu postingan itu sudah sangat-sangat bagus. Lalu kemudian saya melihat profil dari mereka yang mengirim komentar, mayoritas memang seperti yang saya sebutkan diatas, sama-sama peserta kompetisi blog tersebut. Saya lalu mencoba menjelajah beberapa blog, nama kerennya blogwalking,  membaca satu persatu tulisan didalamnya banyak sekali saya menemukan hal yang menarik, lalu saya juga menyempatkan diri membaca banyak pada bagian komentar dan pada bagian inilah saya menemukan alasan kedua kenapa saya memutuskan untuk meminjam judul tulisan seperti yang saya ceritakan pada paragfaf awal tulisan ini.

Pada tulisan lama saya, saya pernah mendapatkan komentar yang isinya satu kalimat padat : ‘baru mampir sudah suka sama tulisannya’. Betul sekali, seperti judul tulisan ini. Senang bukan main saya kala itu. Oleh entah siapa dia yang saya tidak kenal tulisan saya begitu diapresiasi yang meskipun baru pertama kali dilihat sudah meninggalkan kesan yang sangat baik. Sampai kemudian orang yang memberikan komentar tersebut berkomentar lagi pada tulisan saya berikutnya yang isinya : ‘suka sama tulisannya’ loh, kok sama ?? hanya menghilangkan tiga kata pendahulunya. Dan kemudian tulisan teman saya yang saya sebutkan di paragraf awal tadi membuat saya sadar tipe komentar seperti itu adalah sebuah modus untuk meninggalkan jejak profil, banyak sekali postingan teks yang memiliki komentar serupa. Seolah memuji si pemilik tulisan, tapi kenyataannya ?? Sialan, kesal betul saya jadinya.

Pada laman blogwalking di blog ini saya sempat menuliskan jika saling mengunjungi blog adalah sarana penting untuk memanjangkan tali silaturahmi. Salah satunya adalah dengan saling berkomentar, profil yang kita buat saat berkomentar membuat si pemilik blog yang kita komentari menjadi tahu dan bisa mengunjungi blog milik kita. Si penyelengara kompetisi tahu betul urusan ini, sehingga ia membuat sebuah penilaian dari jumlah komentar yang masuk. Maksudnya tentu saja bukan untuk berlomba-lomba mendapatkan banyak komentar, tetapi membuat sebuah interaksi sosial dalam setiap tulisan yang diikut sertakan pada kompetisi. Dan, kali ini saya menemukan modus serupa dengan paragraf sebelumnya, sebuah upaya meninggalkan jejak profil saja, dengan cara yang lebih menyebalkan : one liner comment dan spam.

Jika komentar ‘baru mampir sudah suka sama tulisannya’ dibiarkan tetap ada pada kategori “approved comment” dalam sebuah blog ia akan tampak sebagai komen positif yang enak dilihat oleh pembaca lain. Bandingan dengan one liner comment seperti misalnya “oh begitu?”, “oh ya?”, “baru tahu nih”. Seperti sangat terpaksa, duh, menyebalkan sekali. Saya pribadi lebih memilih untuk mendapatkan kritikan yang sangat pedas pada kolom komentar untuk setiap tulisan saya ketimbang mendapatkan komentar terpaksa seperti itu atau lebih baik tidak usah dikomentari saja sama sekali. Maksudnya begini, untuk apa anda membuang-buang waktu anda untuk mengetik satu-dua tiga kata jika dilandasi keterpaksaan?? Masih banyak hal positif dan menyenangkan yang bisa anda lakukan.

Seperti yang saya sebutkan di atas. Untuk menakar keberhasilan seorang penulis digital salah satunya adalah menghitung seberapa banyak komentar yang masuk untuk setiap tulisan. Komentar yang menunjukan atensi terhadap isi tulisan. Sebuah sanggahan, tambahan, penyetujuan atau tanya jawab terhadap isi tulisan adalah bentuk komentar yang saya rasa cukup membuktikan keberhasilan si penulis yang bisa membuktikan bahwa tulisannya telah dibaca oleh khalayak. Tetapi jika komentar yang masuk hanya “oh begitu?”, “oh ya?”, “baru tahu nih” atau seperti itulah. Alih-alih merasa puas dengan tulisannya yang ada Si Penulis malah bertanya-tanya “apa anda sempat membaca tulisan saya sebelum berkomentar??”

Comment-button-on-keyboard
Marilah hargai para penulis dengan menghargai tulisannya. Jika dirasa perlu dan mampu berilah komentar yang membangun, kritik dan seperti itulah. Jika dirasa harus sanjunglah mereka dengan puja-puji. Atau, jika sulit untuk melakukan kedua hal tadi, setidaknya berpikirlah sebelum berkomentar, jika berpikirpun tidak mampu. Setidaknya bacalah dengan benar dan berinteraksilah sesuai dengan apa yang ada pada tulisan tersebut. Sekali lagi, bacalah dengan baik karena ada hal lain yang bisa menyinggung si penulis selain dua hal tadi, yaitu : menanyakan yang telah dijelaskan.

Betul sekali bahwasanya blogwalking adalah sarana penting untuk memanjangkan tali silaturahmi. Ia bisa menambah kekerabatan, pertemanan dan dalam tingkat yang lebih ekstrem ketingkat persaudaraan. Tapi jika sebuah hubungan silaturahmi kita mulai dengan hal yang menyebalkan, akan jadi teman macam apa kita nantinya ??

Dan terakhir sedikit tips dari saya jika anda sepakat bahwa komentar pada sebuah blog adalah tempat bermulanya silaturahmi antar penulis blog, maka jangan cepat-cepat juga pergi setelah anda meninggalkan komentar. Maksudnya, banyak sekali yang menyampaikan pertanyaan pada kolom komentar, oleh si penulis dijawab, tapi kemudian si penanya hilang tak kembali. Untuk berinteraksi dengan baik dari kolom komentar, manfaatkanlah fungsi notify me (Beritahu saya akan tindak lanjut komentar melalu surel) seperti berikut.

notifyme

Sehingga, ketika ada umpan balik dari komentar yang anda unggah, anda akan segera mengetahuinya tanpa perlu repot-repot mencari link postingan tulisan tadi. Sedikit banyak dari setiap pertanyaan yang saya lontarkan pada kolom komentar, saya selalu menunggu feedback dan lanjutannya sampai saya merasa puas dengan jawaban dan atau rangkaian komentar yang ada pada postingan tersebut.

 Notify me

Sebagai penutup, saya ingin mengutip tulisan Gangan Januar teman saya tadi itu pada postingan baru mampir sudah suka sama tulisannya yang asli :

Dengan berkunjung dan membaca tulisannya pun saya rasa si pemilik blog sudah merasa diapresiasi. Atau kalau memang kebelet ingin meninggalkan jejak, bagikanlah artikel tersebut ke media sosial

Maka, pada media sosial yang anda miliki silahkan pilih mana yang anda suka dari beberapa pilihan dibawah ini.

Related Posts

Comments (29)

Ini kayanya berhubungan dg pernyataan peserta yg di share di grup FB LBI ya 😀
Pencapaian seorang penulis adalah ketika tulisannya dibaca orang lain dan diapresiasi

@siethi_nurjanah

ehh , ada yang sempet bahas itu yaa ?? Ndak merhatiin :'(

Ini sih nulis beginian gegara pas blogwalking nemu banyak anomali komentar

bener banget… entah kenapa komentar para blogger itu motivasi sendiri bagi saya supaya semangat nulis blog, rasanya kalo posting tanpa komentar ibarat bicara sama tembok…hehehe… salam kenal mas… yuuk mampir ke blog saya, silaturrahim kita 😀

Ini saya sepakat : komentar para blogger itu motivasi sendiri bagi saya supaya semangat nulis blog.

Ini saya kurang sepakat : rasanya kalo posting tanpa komentar ibarat bicara sama tembok, tidak semua tulisan kita “harus” dibaca sama orang lain. Dan tidak semua tulisan ada “pesan” yang harus disampaikan dan diterima oleh orang lain. Memang menyebalkan sih melihat postingan sendiri yang sepi komentar, tapi ya, bukan berarti kita “ngomong sama tembok” karen toh, kita menulis untuk diri sendiri.

#ceilee

salam kenal juga mbak, selamat menulis kembali.

Templatenya enak banget, nyaman..

Dari komentar yang mas tulis, rasa-rasanya saya bisa menyimpulkan kalau si masnya ga membaca isi postingan saya. Duh, di judul ini, berkomentar begini.

Aku sering lupa utk klik notify me by phone. Kalau lewat pc biasanya suka langsung klik notify nya hehe
Kalau komentaranya ” baru mampir sudah suka tulisannya” dilanjut kata2 lain sih ga masalah, hehe.
Misal “baru mampir sudah suka tulisannya. Memang sih komentar itu memerlukan fokus fikiran yang baik.maka itu, berkomentarlah ketika sempat.jangan menyempatkan utk komentar ketika fikiran tak ditempat”
😂

Ga semua komentar aku centang “notify me” nya kok. Hanya untuk komentar yang didalamnya aku “nanya” dan perlu banget jawabannya.

Kalau untuk kalimat retorika pun, biasanya ga aku centang. Hehehe.

Ini aku sepakat : berkomentarlah ketika sempat.jangan menyempatkan utk komentar ketika fikiran tak ditempat.

Artikelnya menyentuh om.
Mudah mudahan kita bisa ningkatin lagi kualitas komentar dan pastikan benar – benar membaca artikel yang ditulis sehingga paham maksudnya dari artikel yang disampaikan, alhasil komentar blog pun benar – benar natural 😀

Soal yang notifynya saya juga baru tau 😀

Terimakasih om. Mari kita belajar menghargai karya orang lain. Nah, setelah sekarang tahu. Bolehlah kita mulai aplikasikan jika dirasa perlu.

Kok judulnya pas banget dengan perasaan saya ketika pertama kali berkunjung ke blog ini ya? 🙂

ada yang typo.
hayo dibenarkan lagi.
duh macam editor ku ini

Ahh, terimakasih Kaka Bena sudah sangat teliti.

‘digitgal’ seharusnya ‘digital’

double kata dalam penulisan ‘untuk’

‘profil yang kita buat saya berkomentar’ seharusnya ‘profil yang kita buat saat berkomentar’

Sudah saya rubah

Ah, iya. Terimakasih juga 😀

digitgal, jadinya digigit gatal atau digigit van gaal. Kok jadinya serem -_-

Kalau di platform Wodpress itu kita bisa komen2an layaknya chatting itu yang bikin saya tetap aktif nulis di sana meski ga sering karena bisa berinteraksi dari sana. Sedang kalau harus click “beritahu saya…….” kalau memang saya membubuhkan pertanyaan pasti saya click atau biasanya saya memang mencari atau mengunjungi lagi blog tersebut hanya demi melihat apakah komentar saya sudah di balas?

Tp kebetulan saya memang orangnya suka komentar panjang meski kadang baru pertama mampir 🙂

Salam dari Bali.

“Kalau di platform Wodpress itu kita bisa komen2an layaknya chatting” yang bagian mana yaa ?? Balas pesan ?? Bukankah blogspot juga bisa ??

Wahh, pengomentar seperti Mbak Bintang ini patut dicontoh.

hahaha banyak nih bang kasus yg beginian, tapi ya lebih baik dan lebih panjang karakter katanya dibanding dapat komentar “Nice post” dan setelah diliat2 dari sekian banyak blog yg aku blogwalking selalu nemu akun DIA dan komentarnya cuma NICE POST doang. Kan tandanya cuma formalitas doang itu komentar, kan kzl… :l

Aku selalu suka sama cara mas Andhika menulis. Rasanya santai tapi penuh makna.
Selama ini aku tipe yang senang baca tapi urung berkomentar. Dulu mikirnya, takut komentarnya ga enak dibaca malah bikin si empunya blog ga suka. Tapi baiklah, pikiran itu akan ku tepis. Sekarang berkomentar menjadi ‘wajib’ agar si penulis merasa dihargai.
Terimakasih ilmunya, mas.

Tidak semua tulisan saya bisa “santai” nampaknya, Mbak. Beberapa tulisan bahkan belibet, atau entahlah bagaimana sampai isi pesan kadangkala tidak tepat sasaran.

Lalu pada bagian komentar, masih banyak juga yang “keluar dari topik”. Tetapi, terima kasih telah berkunjung.

Bila keberhasilan seorang penulis-media-digital dilihat dari seberapa komentar yang ia dapat di setiap tulisannya, artinya saya penulis yang gagal, Mas. 😅😅😅

Hahaha, begitu pun dengan saya, Mas.

Sebagai penulis digital, saya masih jauh dari sukses. Maka, mari kita belajar bersama-sama, barangkali ada kesempatan nantinya untuk kita menjadi sukses.

Serius deh…mas Andhika selalu bisa menyentuh bagian paling sensitif untuk dibahas tapi terasa nyaman untuk dipahami.

Saya merasa banyak tekanan kalau tulisan seseorang bloger itu panjang tapi isinya yg kurang saya pahami.

Padahal materi tulisan kan hak preogatif si penulis yaa..

Berbeda sekali ketika kita membaca buku.

Tapi saya selalu yakin.

Sesulit apapun materi tulisannya, asal ditulis dengan bloger yg jam terbangnya sudah tinggi, pasti enak dibaca.

Ngaliirr..

Kaya tulisan mas Andhika.

Salut saya.
Haturnuhun mas..sudah dicubit sama tulisannya.

Astaga, jam terbang saya masih rendah padahal :'(. Ah, tidak juga, Mbak. Banyak tulisan saya yang tidak memiliki pesan, atau malah ketika ingin menyampaikan pesan, pesannya tidak sampai. Mungkin tergantung suasana hati si pembaca juga, ya.

Terima kasih juga telah berkunjung 🙂

Hahaa… awalnya baca serius sambil manggut-manggut. Eew ternyata hampir sejenis spammer.. duh iya. Memang dalam banyak hal kita harus menjaga etika ya. Termasuk dalam berkomentar. Dan kalau memang tak punya hal yang mau dikomentari barangkali cukup membaca saja.

Tapi ya pada akhirnya kembali ke niat masing2 ya. Bisa silaturahmi, memang tertarik artikelnya, atau sekadar meninggalkan profil. Dan setelah saya lihat komen di sini ternyata ini tulisan lama yang masih tahan lama. Warbiasa. ” saya suka tulisannya.” #eh

“Dan kalau memang tak punya hal yang mau dikomentari barangkali cukup membaca saja” sepakat. Tapi kemudian muncul alasan lain, silaturahmi, tapi Mbok ya gimana mau bagus silaturahminya kalau dengan cara atau etika yang dimulai dengan tidak baik. Setuju, gak?

Hehe

Pembaca baru dari pojok WB 😀 Suka gaya bahasanya 😀

ada beberapa variabel yang tidak bisa dihitung dalam tulisan digital.
Ada yang membaca tapi tidak meninggalkan komentar.
Ada yang membaca sedikit lalu berkomentar,
ada yang membaca keseluruhan lalu berkomentar,
Page views memang tidak bisa dijadikan dasar seberapa banyak orang yang membaca.

tapi saya lebih setuju ke page views sih sebenarnya,

Bagaimanapun, kita sebagai penulis tetap lah menulis yang bermanfaat untuk orang lain.

Saya lebih yakin yang pasti membaca adalah orang yang menemukan tulisan kita lewat google search, karena mereka mencari dan membutuhkan, dan pasti membaca

dan yang meninggalkan komentar “paksa” itu hanya spammer, jadi diabaikan saja.

Comment to Ira duniabiza Cancel reply