
-
- Posted by andhikamppp
“Kang!” aku menepuk bahu pemuda gempal yang sedang duduk manis di depan etalase toko yang sedang sepi. Punggungnya ia sandarkan ke tiang beton yang menjadi salah satu penyangga supaya bangunan toko itu bisa kokoh berdiri. Di atas etalase, kopi panas masih mengepul, rokok kretek tersempil di tengah-tengah jemarinya. “Ajig, ngarereuwas!” ia membalas tepukan itu dengan beberapa umpatan setelahnya. Kami berbasa-basi untuk beberapa kalimat, sebagaimana biasa dua orang karib absen jumpa untuk sekian lama. Duduk persoalan baru kuucapkan setelah satu cangkir kopi yang disuguhkan habis kuminum.
“Hape rusak euy,” kataku membagi masalah dengannya. Ia menerima ponsel yang kusodorkan, menatapnya sebentar lalu bertanya: “Ieu nu baheula?” dengan mimik muka yang akan kuhantam dengan senang hati jika ia mengizinkan. Aku mengangguk kecil. Memang sudah sangat lama aku tidak mengganti ponsel. Ia yang tahu betul kebiasaanku berganti ponsel di waktu yang berdekatan tentu heran melihat aku datang dengan ponsel yang kubeli di tempatnya sekitar dua-tiga tahun lalu.
“Cik, Kang. Hape naon nu alus” aku meminta rekomendasi. Ia masuk ke dalam toko, membuka lemari dan beberapa katalog produk. “Tapi nu murah” kataku menambahkan. Dan tangannya meraih dengan sigap satu kotak berwarna putih. OPPO A54 menjadi huruf yang tertulis di kotak itu.
Read More