Scroll Top

SMPN 4 Bandung , 2001/04

9 September hari ini, dalam catatan harian di handphone , ga ada moment penting yang harus diinget. Apalagi sampai harus dirayain. Bahkan di notification ulang tahun Facebook ga ada temen deket yang ulang tahun hari ini. Ga harus ngucapin ke siapa siapa berarti. Tapi pas lagi anteng-antengnya scrolling TL di twitter, ada postingan (gatau dari siapa) yang membahas SMP di Bandung. Jadi keingetan kalau ga salah 9 september ini adalah hari ulang tahun SMP tempat saya sekolah dulu.

Googling sebentar, typing SMPN 4 Bandung , nemu profilnya di wikipedia. Dan cocok. Hari ini hari ulang tahun ke 65 SMPN 4 Bandung.  Tiba tiba memori-memori 3 tahun di SMP muter muter di otak.

Yang saya sesalkan di kehidupan SMP saya adalah tidak terlalu banyak memori yang bisa saya rekam sebagai bahan cerita untuk kehidupan tua nanti. Siklus harian semasa SMP hanya berangkat sekolah-belajar-istirahat jam 10-belajar-pulang. Cukup membosankan (dan menyedihkan mungkin) karena selama 3 tahun . 6 hari dalam seminggu badan terbiasa dengan pola seperti itu. Tapi untunglah masih ada sedikit memori yang sempat dan masih terekam sampai saat ini dan mungkin bisa jadi monolog singkat jika anak cucu nanti meminta cerita.

Mari kita sedikit bernostalgia.

Saya masuk dan diterima di SMP 4 Bandung pada tahun 2001. Setelah lulus SD tentunya. Saya dan teman teman seangkatan saya adalah angkatan unik (terserah jika kalian ingin menyebutnya angkatan sial) karena selama 3 tahun membuat cerita di sekolah itu. Selama itu pula kami harus menerima perubahan infrastruktur sekolah. Tentu teman-teman satu angkatan (yang sempat membaca tulisan ini) masih ingat. Saat upacara pertama kali sebagai siswa SMPN 4 Bandung kita masih “diteduhi” oleh pohon beringin yang luar biasa besar.

 Ah saya masih ingat, ruangan kelas pertama saya. Kelas 1E disebelah ruang BK , hampir bersebrangan dengan koperasi dan ruang fisika & elektronika. Dan , ayo bertaruh untuk membuat denah SMPN 4 Bandung tahun 2000. Nampaknya saya masih ingat jelas. Dimana lapang bulutangkis , ruang UKS dengan mushola diatasnya. Bakso Mang Apit (sempat saya anggap sebagai bakso paling enak di dunia)  bahkan jumlah bangku di bawah pohon beringin tempat pedekate pun saya ingat. 7 bangku kalo tidak salah.

Dan pada caturwulan itu, sekolah kami masih di shift  pagi dan siang, tak ada lembur tentu saja.

Caturuwulan berikutnya, reformasi dimulai SMPN 4 Bandung resmi dipugar, demi menjadi indah nampaknya. Atau untuk jadi modern. Para penghuni kantin mulai keluar dari areal sekolah, tentu saja Mang Apit ikut serta dalam kloter itu. Kemudian Pohon Beringin yang perkasa ikut jadi korban. Dan proses revonasi sekolah membuat ruangan kelas menjadi berkurang sehingga sistem shift bertambah, seingat saya kami sempat mengikuti 3 shift yang berbeda. Shift pagi absen masuk jam 7 pagi pulang jam 10.30 . Shift siang 10.30 sampai 14.00 ditutup dengan dengan shift siang siangan lagi yang melengkapi jam sekolah sampai jam 17.00.

Saat shift pagi, saya benar benar menjalani ritual yang membosankan, seperti pemaparan di awal cerita tadi. Bukan karena saya tidak mau bergaul dengan teman-teman yang lain. Tapi jarak dari rumah ke sekolah yang cukup jauh . Dan hanya (nampak lebih gampang dan cepat) bisa ditempuh dengan kereta api. Membuat saya tergabung dalam kelompok “Para Pengejar Kereta” . Percayalah setiap jam 12.00 ketika bel pulang sekolah bernyanyi , saya dan beberapa teman seringakali langsung sprint ke stasiun Cikudapateuh yang jaraknya sekitar 100-200 meter untuk mengejar jadwal kereta di jam 12.10 suka tidak suka, sprint itu jadi agenda wajib tiap pulang sekolah saat shift pagi, atau harus menunggu jadwal kereta berikutnya jam 15.30. Maka, setiap kali tidak sempat, atau ada guru yang gemar menambah cerita di akhir jam pelajaran. “Para pengejar Kereta” berganti nama menjadi “Para Penunggu Kereta”.

Tapi menjadi “Para Penunggu Kereta” juga tidaklah terlalu buruk, ada MUSTANG (baca : masteng) tempat di stasiun Cikudapateuh yang menjadi tempat nongkrong favorit untuk “Para Penunggu Kereta” atau “Para Pengangkot dan Pedamri” yang malas pulang cepat. Pernah dengar tentang penyataan “Warung Kopi” adalah tempat paling jujur sedunia ?? Jika pernah, maka MUSTANG adalah warung kopi untuk kami, tempat dimana kami membahas semua oleh oleh dari kehidupan sekolah,  kekampretan nilai ulangan, guru yang killer, cewek kecengan dan apa apa yang bisa dibahas secara jujur, adil dan terpercaya. Bukan dengan kopi, tapi dengan temulawak atau es kelapa muda, sesekali ambil batagor di mamang depan mustang, ngutang atau bayar langsung tergantung uang di saku baju saat itu.

Ada sedikit lebih banyak cerita saat shift siang, jadwal kereta yang bersahabat untuk jadwal itu adalah jam 8.45.  Perjalanan 15-30 menit, masuk sekolah jam 12.00 masih ada waktu 2 jam kosong untuk bikin cerita. Maka kami “Para penaik kereta” dan juga “Para Pengangkot dan Pedamri” yang senang datang cepat waktu. Sering memaksimalkan waktu dengan meminjam lapangan ASPOL , iya kami meminjam lapangan Asrama Polisi untuk main bola. Sesekali kami ajak temen-temen lain untuk ikut datang lebih cepat, dan membuat liga kecil-kecilan dengan wasit mamang mie ayam , eh maaf mas mie ayam maksudnya. Dan Limun soda khas kamsuy menjadi pembunuh dahaga selepas bola.

Membahas sekolah, ga mungkin kalo ga membahas guru. Siapa guru favorit kalian di jaman SMP ?? Ibu Nani guru Basa Sunda ?? Ibu Mimi pembina Karawitan dan Seni Musik ?? Pengajar Fisika Bapak Kirchoff ?? atau Pak Subarna pelatih eksul Volley ?? Ibu Tien , Ibu Tjutju dan Ibu Nunung adalah 3 orang Ibu ibu yang menjadi wali kelas saya selama 3 periode berbeda di SMPN 4 Bandung. Tiap murid pasti punya cerita berbeda. Termasuk mereka yang disetrap di ruang komputer oleh Pak UU karena ketahuan Mabal pas pemantanpan Cuma gara gara “ngabring” ke Siliwangi pas persib main. Atau yang dimarahin di tengah lapang sama Pak Ahmad guru olahraga ?? Syahrini ga pantes bangga dengan rambut menantang anginnya, saat itu kita punya guru dengan rambut lebih membahana.

Beruntung kami masih mengalami zaman analog saat SMP, interaksi diantara kami cukup Intens, kebiadaban teknologi belum merusak kehidupan kami di SMP. Jikapun ada, paling hapenya Ahsani yang digilir sama anak anak yang antri buat main snake. Yang lainnya ?? Kami sempat hidup jaman di mana “jelangkung-jelangkungan” adalah permainan,  main kelereng (Ryan dan Adi Yazid sering menyelipkan pecahan 100 atau 500 rupiah dipermainan ini) atau sekedar petak umpet. PS1 mainan tercanggih kami di zaman itu.

Di jaman SMP pula saya mulai kenal yang namanya ngeceng cewe , berantem karena cewe juga sempat jadi tinta hitam di kehidupan SMP saya yang imut dan penuh kasih (halah). Setelah naik status jadi kaka kelas, ngeceng adik kelas juga jadi agenda penting buat dibahas di mustang. Atau kalo beruntung mungkin bisa dikeceng kaka kelas. Dan kalau sekarang nginget cerita ini, jadi pengen minjem mesin waktu doraemon ke tahun 2001-2004 buat bilang “Ayolah kamprett, lu masih kecil aja cinta cintaan”.  Oh iya, disini juga saya pertama kali kenal rivalitas sepakbola , sering berantem sama @dikdikdrajat cuma karena Inter, dan Juventus di italia sana. Dan interaksi sama si dikdik itu sampai sekarang malah jadi interaksi paling banyak dibanding sama temen-temen angkatan lainnya.

Sama temen temen lain ?? Selama 10 tahun ini, setelah lulus SMP bisa dibilang hampir putus komunikasi (semoga tidak putus silaturahmi) , masih ada beberapa temen yang kebetulan terkoneksi di dunia maya, entah itu dari path, twitter facebook. Hendra Gunawan, Faisal Gerardo, Dwima Sulistya , Novia Nadhiroh salah satu diantarranya. Di dunia nyata ?? bisa dibilang ga pernah ketemu sama sekali. Sempat beberapa waktu lalu ketemu Cipta Irawan yang pernah sama sama kerja di Cilegon, ketemu Helmi Yuliansyah dan Welly “Webeck” di sekitar kiaracondong, ketemu Metha Mutiara.  Sama Ralvi Lingga, Handi Purwana dan Reni Mariahani yang satu komplek aja udah jarang banget ketemu.

Lalu apa kabar Ade Arif, Aji Santoso, Hendra Pasaribu, Fahmi Ardiansyah, Raden Yuga, Deri , Hari Bayu, Zaid Noor, Cholid??

Keputusan saya memilih SMA yang tidak umum pun juga jadi salah satu alasan saya ga pernah ketemu temen-temen SMP. Di masa SMA pernah ketemu sama Betharia, Ardi Noor dan Yogi (karena rumahnya deket rumah nenek) dan Indra yang sama-sama sekolah di analis kimia, meskipun beda almamater. Dan terimakasih untuk Atep Taruna, Ni’Mah Lidinillah dan Dikdik Drajat yang menyempatkan hadir di resepsi pernikahan saya beberapa bulan lalu.

Ah, seperti yang saya sebutkan di atas, tak terlalu banyak cerita yang bisa saya ingat saat masih SMP dulu. Ada beberapa cerita lain yang saya tak bisa saya tulis disini sekarang. Tapi jika tabu untuk mengucap rindu, nampaknya akan jadi keren kalau bisa ketemu sama temen temen yang ga pernah bertatap muka selama 10 tahun (dan lebih). Tapi dari ini semua ada hal yang bisa saya sampaikan, ke anak cucu saya kelak. Bahwasanya tiap langkah hidup, adalah kesempatan membuat kenangan, baik buruknya akan menjadi cerita yang ga akan bisa ditukar sama uang atau apa apa yang ada di dunia, maka dari itu, manfaatkanlah.

Jika saja bisa, mungkin keren kalo saya bisa menambah cerita di kehidupan SMP waktu itu.

Selamat ulang tahun SMPN 4 Bandung, Terimakasih.

smp-4-bandung-1

P.S :

1. Untuk yang mau coba inget inget nama guru waktu SMP coba buka link DAFTAR PENGAJAR SMPN 4 BANDUNG

2. Kalo ada temen temen Alumni SMPN 4 angkatan 2004  yang masih punya buku kenangan, minjem donk.

Related Posts

Comments (3)

wah itu beneran nama guru fisikanya kirchoff? kok kayak nama hukum di fisika beneran ya hahaa

hahaha bukan .. itu sebutan dari anak anak aja.

beliau disebug begitu karena gaya pengucapan ‘kirchoff’ nya sangat khas

Assalamualaikum wr wb.. Jadi teringat masa lalu di smp 4 dengan baca aetikel dr andhika .. Kumaha daramang ? Hayu akh kita rencanain reunian alumni tahun 2004 .. Tahun ini 2016.udah lama ga ke temu ..kita jalin silahturahmi kembali.. Pasti dah bawa anak2 masing2..ini no contek ane 082126473721 … Masih ingat kah dengan aji ????

Comment to andhikamppp Cancel reply