Padahal kita sering bersapa rindu, teramat malah, tapi bolehlah sesekali aku menulis segalanya tentang kamu disini, Istriku. Terakhir aku menulisimu, kita belum tidur di ranjang yang sama, lebih dari itu kita bahkan belum sempat mengikat janji. Yang aku ingat, saat itu kita masih lucu berbalut baju putih abu, saat dimana nilai merah adalah hal sederhana yang membuat mood rusak sempurna, seketika. Saat pikiran kita hanya disibukan dengan kalimat “tugas apa besok?” bukan “makan apa besok?” seperti yang kita bahas sekarang setiap sebelum tidur, itu ketika kau kehabisan jatah memainkan permainan di selulermu. Ah, tapi surat itu pun aku tulis karena…