Hidup laiknya perjalanan di tengah padang yang tak berujung, langkah demi langkah kita lewati di jalan yang terkadang lurus, sering kali berliku. Di awal perjalanan, kita melangkah dengan penuh semangat, mengejar mimpi-mimpi yang tampak megah di kejauhan. Sampai kemudian usia berlipat tanpa permisi dan karenanya perjalanan bukan hanya tentang mencapai tujuan. Ia membawa cerita bahwasanya langkah juga memberikan luka pengajaran, singgah dan diam yang juga memberikan arti, dan mereka yang hadir bersama nafas yang berjalan seiring. Seperti ranting yang patah tapi tetap bertunas, seperti kertas putih yang diisi dengan banyak sekali cerita, setiap usia mengandung makna, sampai nanti berakhir pada…
Halo. Apa kabar? Iya, saya baik-baik saja. Sudah mulai menua memang. Tapi masih tetap tampan jika kamu ingin tahu. Kabar kamu gimana? Sehat, kan? Masih betah #dirumahaja? Mari kita bersemoga agar semua masalah, musibah dan hal lain yang membuat kita semua berkeluh kesah bisa segera berakhir. Melihat perkembangan di luar sana, tampaknya pembatasan sosial masih akan berlangsung cukup lama. Bersiaplah seperti bagaimana seharusnya. Saya? Saya juga. Meski sebenarnya saya sudah terlebih dahulu melakukan pembatasan sosial. Jauh. Jauh sebelum pandemi dimulai.
Berbilang empat-lima minggu semenjak penguasa mengumumkan kasus Corona pertama di negeri ini. Maklumat yang tentu menampar habis sikap abai yang dipertontonkan segelontor pejabat dengan segala narasi canda yang menjemukan beberapa waktu sebelumnya. ‘Sedia Payung Sebelum Hujan’. Masing-masing kita tumbuh dengan memaknai pepatah itu. Kita diajarkan betul bagaimana seharusnya kita mempersiapkan banyak hal untuk setiap masalah yang mungkin muncul kemudian. Di kasus ini, ‘hujan’ telah datang, dan kita sama-sama tahu bahwa banyak hal yang sama sekali belum kita siapkan. Corona, nama ‘hujan’ itu, benar-benar membuat kita kebasahan.
Ada tulisan yang lahir karena momen tertentu. Kadang karena ingatan yang muncul tiba-tiba, kadang karena perasaan yang tak sempat reda. Tulisan-tulisan ini saya pilih bukan karena paling rapi atau sempurna, tetapi karena menyimpan cerita yang berarti—jejak kecil yang ingin saya simpan, baik suka maupun duka yang terkadang tiba-tiba.
Setiap pilihan punya alasan sendiri. Ada yang ditulis dengan penuh emosi, ada yang terlahir dari nostalgia yang datang tanpa izin. Ketika dibaca ulang, tulisan-tulisan ini mengingatkan saya bahwa hidup selalu punya caranya sendiri untuk memberi makna, meski lewat hal-hal sederhana.
Maka silakan nikmati tulisan-tulisan yang paling saya suka.