Scroll Top

Ketidakpekaan Kamu dan Kesemuan Kita

Kamu tidak lagi menjadi bagian terpenting dalam hidupku. Semua sudah tiada, ketika kita sepakat untuk tidak meneruskan. Satu hal penting dalam hidup selama aku berkeliling

“apa-apa yang terburu-buru tidaklah enak”. 

Dan kamu melakukannya. Aku sengaja melonggarkan waktu untuk kita dengan tujuan mengenal lebih jauh kita agar tidak terperangkap dalam relung hati, tapi kamu berusaha terburu-buru dan tidak mengindahkan kodeku. Kemudian kita bersama, lalu kamu tidak suka pada beberapa bagian, lalu aku pun juga sama. Hasilnya? Kita berusaha sempurna di mata orang lain, tapi hati kita tidak nyaman. Tragis.

Aku tidak butuh kita nonton setiap weekend, aku cuma butuh kita ketemu. Kemudian kita ngobrol tentang apapun termasuk hidup kita selanjutnya. Aku tidak butuh suara kamu lewat tembaga di ujung sana, aku cuma butuh ketemu kamu, kemudian kamu peluk aku. Sesimple itu, tapi kamu tidak peka dan aku sedih! Aku berusaha tetap sayang sama kamu, meskipun kamu kurang ini kurang itu di mataku. Karena sayang yang sesungguhnya adalah sayang apa adanya bukan sayang ada apanya. Aku berusaha menutup semua kekuranganmu dengan semua kelebihanmu, tapi kenapa tidak kamu lakukan hal yang sama? Aku berusaha tidak berkata hal-hal yang tidak kamu sukai, tapi kamu? Tidak peka dan terus melakukannya.

Lelucon recehmu kadang menghibur, tapi kadang membuatku jengkel. Aku mengerti kamu, mengerti kondisi mu, terlebih lagi setelah kamu menggertakku.

Sabar kenapa sih, lagi nulis.”

Ya, aku mana tau kamu sedang menulis, sungguh aktivitas yang di luar ekspetasi. Aku berusaha selalu mengerti posisimu saat bekerja, bertemu dengan teman, menonton apapun termasuk bola. Tapi kamu? Tidak melakukan hal yang sama ketika aku sedang sibuk dengan tulisanku. Padahal kamu tahu aku bisa kacau balau kalau diganggu, tapi kamu tidak peka dan menggangguku.

Aku bingung harus menulis apalagi tentang kita, singkatnya kita tidak dapat dideskripsikan panjang kali lebar karena kita hanya prisma yang terlalu banyak ujungnya kemudian saling mendiamkan satu sama lain. Kita sama-sama sakit. Sakit karena tidak nyaman. Lalu untuk apa berusaha nyaman? Lalu untuk apa terus bersama berusaha untuk nyaman? Kamu tidak pernah bilang hal-hal apa saja yang tidak kamu suka, sementara aku? Sudah mengatakan semuanya, tapi kamu tidak mengindahkannya. Sekali lagi kamu tidak peka!

Singkatnya kita jangan diteruskan kembali, karena akan menambah kesakitan setiap harinya, meskipun terkadang aku rindu. Anggaplah rinduku ini bagian dari kesuksesanku kelak dan doa untukmu. Aku tidak pernah berharap atau bahkan bermimpi akan mempunyai hal yang indah denganmu, karena sejak awal aku sudah tau bahwa tidak akan ada yang indah. Bersamanya kita semu. Indahnya kita semu. Sayangnya kita semu. Kita abu-abu. Kita tidak pernah ada. Ya.

Jadi ketika aku berkata.

“Katanya nggak akan membuat airmata terjatuh. Katanya tidak akan pernah membuat hati terluka. Katanya kamu terus sama aku. Katanya aku segalanya.”

Yang ku dengar saat itu hanyalah kesemuan sementara untuk kita. Kini aku tahu kamu nggak sekonsisten itu, penipu ulung yang canggih. Penjamah tubuh yang daebak!

Kita bukan berantem terus, tapi kita tak pernah sepaham. Sedangkan untuk mencari yang sepaham itu sulit. Lalu yang menjadi peer adalah, bagaimana kita menyamakan sepahaman kita agar tidak miss communication? Tapi kamu? Menyerah begitu saja! Kemudian aku benci kamu. Sangat benci! Jangan pernah lagi ada di hadapkanku. Jangan pernah! :”(

Padahal kamu tahu kalau wanitamu ini tidak perlu basa basi busuk, wanitamu ini hanya butuh kenyamanan, wanitamu ini hanya butuh bersama, bercerita, mendengar keluh kesah, pelukan, usapan di kening, tapi…. kamu  tidak peka! Dan sekali lagi aku benci! Jangan ada di hadapanku. Aku mohon! Aku sedang letih-letihnya lalu kamu muncul menimbulkan masalah! Aku membencimu…

Jika setelah menulis ini membuat aku lega, aku beruntung. Jika menulis perjalanan travelling dapat membuat hati kembali mood akan ku lakukan, jika dengan menulis kamu tahu perasaanku akan ku lakukan. Jika menulisku dapat menyembuhkan amarahku akan ku lakukan. Sayangnya, tidak berhasil!  Semua tulisanku tidak berhasil membuatku ceria, karena yang diinginkan hanya bertemu, dan sekali lagi TERTAWA bersama, bercerita tentang hal yang konyol dan aneh. Dan sekali lagi kamu tidak peka :” aku memakluminya.

Terima kasih untuk hari-hari yang (tidak) indah, jangan meminta untuk kembali, karena aku tidak akan pernah kembali. Terima kasih kesayangan yang tidak pantas untuk disayangkan. Terima kasih cerita tidak indahnya kita 🙂

Tak perlu banyak kata yang ku ucap ataupun ku ketik mengenai kesemuan kita, karena ini semua sudah cukup membuat perih di hati. Terima kasih atas keperihan-keperihan hati ini.

Aku (tidak) sayang kamu!

Planet namec,

21 Oktober 2016

Kesayangan Kamu.

Sumber gambar : blog.tombowusa.com
Sumber gambar : blog.tombowusa.com

Related Posts

Comments (16)

waaada, isi hati bukan ni, feelnya dapeeeet!

ehe ehe ehe ehe. terima kasih 🙂

Terima kasih Mas Dika sudah diizinkan buang buang tulisan di sini 🙂

Terima kasih juga, Benaaa. Sudah mau menulis di blog saya. Tulisannya cakep, ini beneran diketik apa pake google ‘heart’ voice sih bikinnya?

MBUH AH PERIH HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA

Pas baca sampai ending tulisan, kok perih ya.
Pas dibaca ulang lagi, malah makin perih :’)

btw arti kata “daebak” itu apa ya kaben? :l

Kok planet namec… Aku terharu… Daebak.. :’)

INI BENA!

Dalem. :”)

Lalu, aku sedih. Rasanya dia bukannya peka, hanya saja tidak mau tahu dan bahkan tidak mengindahkan setiap batas yang tercipta dari hubungan.
Aih, cowoknya niat gak sih Hahaha. Penjamah tubuh. Aw! Peluk akuuuu. Aku cuma butuh pelukaan, bukan jalan-jalan.

apakah ini hanya menjeda atau berjalan seterusnya,,,,, walah… tapi kalau semu memang susah bersatu

😢 sediihh

tulisannya mendalam sekali :”)

apa apa yang terburu buru tidaklah enak, dan ini benar sekaliiiii :”)

“apa-apa yang terburu-buru tidaklah enak”. Sama persis dengan kata kata dia bang 🙁

Baca ini dan cuma bisa: anjir anjir anjir :(((((( dat feels

Leave a comment