Scroll Top

Membagi Waktu

Apa yang Anda bisa bayangkan ketika Anda memiliki hobi membaca, menonton, bermain games, dan sekaligus tidur? Menyenangkan? Tentu saja, setidaknya untuk saya yang memiliki variasi hobi yang disebutkan sebelumnya, melakukan semua itu sungguh menyenangkan. Namun, ada hal yang harus saya korbankan setiap kali saya merasa harus melakukan aktivitas hobi itu secara khidmat. Waktu. Untuk dapat fokus ketika melakukan itu semua saya tidak boleh melakukan kegiatan lain secara simultan, yang dengan terpaksa saya harus menghabiskan banyak sekali waktu hanya untuk membaca, menonton, bermain games atau tidur. Tidak terlalu menjadi masalah sebenarnya jika saya masih hidup sendirian. Bagaimanapun, bukankah sudah menjadi hak saya sepenuhnya untuk apa saja waktu saya habiskan. Tapi sekarang, ketika saya telah menjadi seorang ayah, menjadi seorang suami, di setiap detik yang saya miliki ada hak-hak keluarga kecil ini untuk melihat saya sebagai kepala keluarga, bukan sebagai manusia yang hanya melakukan aktivitas pemuas suka segala kegiatan pribadinya.

Saya pikir saya tidak sendirian disini. Problematika waktu rasanya sudah menjadi kelaziman. Anda mungkin memiliki contoh kasus yang lain. Katakanlah, ketika Anda sulit membagi waktu antara pendidikan dengan pekerjaan. Ah, ini juga contoh kasus yang saya miliki. Contoh lain saja. Mungkin Anda termasuk kedalam golongan orang yang sulit membagi waktu antara pekerjaan utama dengan pekerjaan sampingan. Astaga, lagi-lagi ini juga tentang saya. Tapi, jika dalam tulisan kali ini saya lebih membahas tentang bagaimana seharusnya waktu dimanfaatkan antara keluarga dengan aktivitas lain itu karena, untuk saya, keluarga kecil ini adalah hal terpenting yang pernah saya miliki sepanjang hidup saya. Anugrah yang luar biasa besar dari Tuhan yang Maha Baik.

Dan untuk saya pribadi perkara membagi waktu bukanlah hal yang mudah. Alasannya sederhana saja, saya pernah melewati periode panjang kehidupan untuk menghabiskan waktu dengan kegiatan pemuas kepuasan tadi. Membaca, menonton, bermain games, dan atau tidur. Bahkan bukan sekali dua di sepanjang akhir pekan, ketika orang lain asyik bertamasya berpindah dari satu kota ke kota lain untuk mencari senang, saya lebih memilih mengurung diri di dalam kamar melakukan kesemua hal tadi tanpa diganggu seorang pun. Tak jarang juga itu saya lakukan selepas pulang kerja. Bukan berarti saya anti-sosial, menghindari komunikasi antar-manusia dalam bentuk apapun, hanya saja untuk saya pribadi berdiam diri dalam tenang adalah bentuk kepuasan di atas segalanya. Saya suka sekali berorganisasi, tapi sendirian di ruang sempit adalah salah satu cara saya memuaskan diri.

Lalu kemudian, sungguh saya pernah menjadi lelaki yang tidak bertanggung jawab ketika di awal usia pernikahan. Saya sering mengabaikan istri saya hanya untuk, lagi-lagi, melakukan segala aktivitas itu. Masalah itu semakin menjadi karena dewasa ini membaca, menonton dan bermain games bisa dilakukan dengan satu perangkat genggam. Memiliki perangkat genggam multi-fungsi dan terlibat sangat aktif dalam segala hal yang ada didalamnya tentu akan menambah proses penghamburan waktu, yang juga tentu membuat kita semakin abai terhadap keadaan sekitar. Ini sebetulnya bukan hal yang patut diperbincangkan di media digital yang bisa dibaca oleh banyak orang, namun sungguh di awal usia pernikahan, bukan sekali dua saya bertengkar dengan istri di rumah karena ia merasa haknya atas waktu yang saya miliki dicuri oleh (atau untuk?) kepuasan pribadi. Anda sudah menikah dan pernah mengalami hal memalukan ini juga? Mari bergabung bersama saya dalam kelompok lelaki pecundang yang tak bertanggung jawab atas hal bernama waktu.

Pertengkaran itu boleh jadi adalah sebuah teguran atau jalan untuk saya lebih bertanggung jawab ketika menjadi seorang suami, yang kelak menjadi seorang ayah. Karena setelahnya saya mulai bisa mengurangi segala aktivitas itu. Di rumah, saya tidak lagi diam dalam kotak sempit bernama hobi. Dan ya, perempuan itu, istri yang luar biasa hebat, berhak atas segala waktu yang saya punya.

Maka maklumilah, jika (misalnya) Anda akan sulit menghubungi saya selepas jam kerja. Karena dalam beberapa waktu yang banyak saya sudah mematikan nada dering ketika sampai di pemberhentian terakhir angkutan umum sebelum saya pulang kerumah. Alasannya sederhana, demi mendapatkan waktu yang lebih berkualitas dengan keluarga saya di rumah. Bahkan jika tidak ada hal yang dirasa sangat penting jaringan internet pada perangkat genggam seringkali saya matikan. Terlebih pada setiap akhir pekan, itu waktu utama saya bersama keluarga, terlebih hanya di setiap akhir pekan saya bisa bermain dengan si kecil sepuas hati (dalam setiap kesempatan, si kecil memang tidak pernah bisa lepas dari ayahnya). Saya benar-benar tidak mau kehilangan waktu bersamanya.

Memutus segala bentuk komunikasi dalam waktu tertentu memang tidak selamanya berimbas baik. Bahkan demi alasan membagi waktu sekalipun. Saya pun pernah beberapa kali melewatkan pekerjaan penting, kesempatan tawaran kerjasama atau sekedar informasi kegiatan hanya karena saya tidak bisa dihubungi atau saya terlambat memeriksa kotak masuk pesan surat elektronik. Tapi tidak masalah. Sudah saya sebutkan sebelumnya. Sekarang, keluarga kecil ini adalah bagian terpenting di kehidupan saya yang tidak pantas untuk saya sia-siakan. Lagipula, bukankah uang, materi dan segala hal yang ada di dunia ini tidak pernah bisa membayar waktu?

time-imgur
Sumber gambar : Pinterest-Imgur

Akan tetapi, bagaimanapun, sebagai seorang manusia ada waktu dimana saya merasa harus memanjakan diri. Mengusir segala kejenuhan. Sesekali saya masih (dan akan terus melakukan) aktivitas-aktivitas yang saya sukai itu. Membaca, menonton dan atau bermain games. Hanya saja, saya harus bijaksana ketika melakukannya. Ada waktu-waktu dimana saya bisa melakukannya tanpa harus mengorbankan waktu bersama keluarga. Seperti misalnya, pada perjalanan pergi-pulang setiap kali saya bekerja. Pada sela-sela waktu jam kerja (yang sebenarnya tidak pantas saya lakukan). Saat istirahat makan siang. Dan atau, ketika dirumah, dimana ada istri juga anak saya, saya masih suka menyempatkan diri untuk membaca, menonton dan atau bahkan bermain games. Ya, saya masih bisa melakukannya ketika anak dan istri saya sedang terlelap. Termasuk tulisan ini yang mulai dibuat lewat tengah malam. Ya, meski untuk urusan yang terakhir ini ada hal lain yang harus saya korbankan. Salah satu hobi saya, tidur.

Related Posts

Comments (13)

Ditambah dengan ngerjain blog orang, semakin banyak waktu yg terkuras ya, mas?

Intinya. Mumpung gw belom berkeluarga, manfaatin waktu sepuasnya buat pemuas diri. Agar pas nikah waktu nya full untuk keluarga
*Yoih

Pernah nyoba ngajak istri untuk melakukan hobimu belum Mas? Baca bareng atau maen game bareng gitu? Kalau pernah, efektif nggak?

Secara umum, memanfaatkan waktu yang ada, memang kadang jadi dilema. Kecuali kalau sudah direncanakan/dipikirkan sebelumnya, sehingga aktivitas pun jadi lebih rapi.

Tentu, saya pernah mencobanya. Hobi kami berbeda, dan rasanya sulit memaksakan hobi. Ah, lagipula bukankah perbedaan hobi itu termasuk menyenangkan, kita bisa menambah variasi kehidupan.

Astaga, hal sepenting ini malah alfa saya tulis. Terima kasih, Mas. Sudah mengingatkan.

Yang pasti gunakan waktu dengan hal yang bermanfaat dan jangan asik sendiri. Kalau saya sepulang kerja atau akhir pekan sangat jarang menyentuh ponsel dan internet, karena selain mata saya sudah lelah seharian bekerja menatap layar komputer, rasanya menghabiskan waktu bersama keluarga dan bersitirahat jauh lebih bermanfaat.. 😀

untunglah sudah sadar hihihi… ngga cuma laki-laki, wanita pun butuh waktu untuk sendirian… jadi aku merasa wajar-wajar aja kalo pak suami melakukan apa yang dia suka. asalkan tidak berlebihan ya ga kena semprit. Kalo istri nyemprit itu tandanya masih sayang, masih perhatian…kalo ga perhatian, mungkin malah dibiar-biarin…

Betapa beruntungnya Daffa 🙂

Anw, untuk melakukan beberapa hobi pasti ada yg dikorbankan.

aku juga kalau nulis kadang tengah malam, atau blogwalking. kalau baca biasanya siang pas ada waktu. nanti direview sekalian di blog kalo sempet, hehe

Di Jakarta raya ini saya benar-benar merasa dikejar-kejar waktu. Kadang berasa 24 jam itu kurang banget. Entahlah.

Jangankan udah menikah Mas, masih remaja kayak saya sekarang aja sudah susah banget bagi waktu untuk orang tua. Pagi sampai sore kerja kalo lembur jadinya malam. Terus hari libur dipakai untuk workshop, les sana-sini alhasil stres sendiri. Butuh waktu lebih buat ngerjain hobi juga. Akhirnya curi-curi waktu disela kesibukan.

Hai Mas Andika salam kenal, untungnya Mas Andika bisa ‘sadar’ ya karena masih banyak prang yg setelah menikah masih asik dengan dunianya sewaktu melajang hehehe

Salam kenal juga. Ehehhe, iya, meskipun belum sepenuhnya. Tapi ya ada upaya menuju ke sana.

tergantung giamana cara membagi waktu yaa, untuk diri sendiri dan untuk keluarga

[…] Kebiasaan memang sulit diubah. Apalagi, saya masih belum bisa sepenuhnya meninggalkan aktivitas pribadi, namun saya juga tidak bisa mengorbankan kesempatan berinteraksi dengan keluarga dan orang-orang terdekat di rumah, jadi begadang ini adalah salah satu cara saya membagi waktu. […]

Leave a comment