Related Posts
Tarikan nafas dalam atas sebatang rokok dengan huruf berwarna merah dan hitam di muka bungkus nya, menjadi hal pertama yang menyentuh bibir ku. Sebotol whisky yang tak penuh sisa semalam di sisi kanan seperti sedang bersiap jika aku butuh tameng dari hembusan kejam angin Samudera Adriatic. Waktu di awal Juli ketika belum di mulai nya aktivitas rutin mengenai sepakbola begitu ku nikmati terutama di usia ku yang tak lagi muda. Aku tak perlu lagi sesibuk di masa lalu untuk menelpon atau menerima panggilan telepon dari banyak agen yang bahkan tak satu pun ku ingat nama nya yang dengan mulut manis…
Hernan Jorge Crespo 5 July 1975 Florida, Argentina “Valdanito” Career Statistics : 1993 – 1996 : River Plate 1996 – 2000 : AC Parma 2000 – 2002 : SS Lazio 2002-2003 : FC Internazionale 2003 – 2004 : Chelsea FC 2004 – 2005 : AC Milan (On Loan) 2005 – 2006 : Chelsea FC 2006 – 2008 : FC Internazionale (On Loan) 2008 – 2009 : FC Internazionale 2009 – 2010 : Genoa CFC 2010 – 2012 : AC Parma …………………. #isengisengwallpaper
“Derby Milan dinihari itu sesungguhnya adalah perang taktik kedua pelatih meski akhirnya harus mengorbankan esensi dari keindahan sepakbola” Ketika Walter Mazzari tetap menurunkan formasi 3 bek andalan nya di Derby Milano lalu, saya seketika berfikir bahwa mungkin sepanjang laga saya akan terus menerus di buat tegang sekaligus penasaran apa yang akan terjadi di laga akhir tahun itu. Terlebih lagi, Allegri menurunkan formasi pohon Natal yang sangat mungkin menjadi anti teori dari formasi Mazzari. Babak pertama resmi menjadi milik sang kakak dengan dominasi luar biasa yang mungkin bisa membuat Abbiati mengambil gadget lalu browsing ke google untuk melihat lagi kiprah terbuang…
“Daripada delapan scudetto. Daripada promosi dari Seri B. Daripada satu Coppa Italia. Daripada empat Piala Super Italia. Daripada satu trofi Liga Champions. Daripada satu Piala Super Eropa. Daripada satu Piala Interkontinental. Daripada sebuah gol ke gawang Fiorentina. Daripada sebuah gol dengan gaya Del Piero. Daripada sebuah gol di Tokyo. Daripada air mata saya. Daripada sebuah gol di Bari. Daripada sebuah gol voli back-heel di dalam derby. Daripada sebuah gol untuk Avvocato. Daripada lidah yang terjulur dalam laga melawan Inter. Daripada sebuah assist untuk David. Daripada gol nomor 187. Daripada sebuah gol di Jerman. Daripada Berlin. Daripada sebuah gol ke gawang…
Tidak pernah terbayangkan sebelumnya jika aku menuliskan ini kepadamu. Aku tentu saja tidak semahir Pier Paolo Pasolini dalam menderetkan kata-kata, namun aku merasa memang harus menuliskan ini, dan secara khusus, tulisan ini memang sengaja aku kutujukan kepadamu. Izinkan aku mengawali nya dengan sebuah cerita yang mungkin belum pernah kau dengar sebelumnya. Februari 2003. Aku mungkin lupa tepatnya, namun aku jelas masih mengingat dengan baik kala seorang staff mendatangi ku dan memberitahu sebuah kabar yang mengejutkan. Ada seorang anak yang kabarnya mengidolakan aku dan sangat ingin bertemu denganku. Aku lalu berkata ke staff tersebut untuk mengajak saja anak tersebut ke sini…
Saat tulisan ini muncul di layar gadget anda, Steven Gerrard mungkin sedang berlari lari kecil di Stub Hub Center California bersama Robbie Keane di bawah arahan Bruce Arena. Gerrard adalah satu dari beberapa nama yang akhirnya memutuskan meninggalkan panggung sepakbola Eropa. Silau nya lampu sorot di benua biru tak lagi di rasa nyaman hingga akhir nya Amerika menjadi tujuan selanjutnya. Hasrat Gerrard untuk bisa menjadi juara Liga Inggris mungkin masih menyala meski dengan cahaya yang temaram bahkan nyaris mati. Maka tak ada yang salah juga ketika seorang Steven Gerrard memilih merumput di MLS agar lebih menikmati hidup nya sebagai pemain…
Paolo Cesare Maldini 26 June 1968 Milan, Italy ‘Per 20 anni nostro rivale, ma nella vita sempre leale’ #isengisengwallpaper