Ulang Tahun

ruanghati

06 Oct: Ruang Hati

Bagaimana jika kita memulainya dengan satu cerita lucu. Waktu aku, dengan wajah yang memerah, meminta kamu untuk menutup mata sebentar. Aku melangkah, mendekat, mengitari tubuhmu yang berdiri kaku, setengah putaran. Kamu bertanya, untuk apa, dan aku diam. Aku di belakangmu saat itu, tepat. Dengan satu perhiasan perak yang, malu-malu, aku pakaikan pada kain yang menutup hampir seluruh kepalamu. Matamu terbuka, dan kita berdua tersipu malu. Mata kita berbicara, tanpa suara, cukup lama. Sampai akhirnya, satu kecupan kudapatkan di kening, sebentar, namun dengan arti yang sebegitu dalam.

21-Juni-a

21 Jun: Tahun Ketiga

Jahanamnya kemacetan ibukota adalah kelaziman. Ia terjadi setiap hari, seperti sekarang ini ketika aku berada di tengah-tengahnya. Suara klakson saling bersahutan berelaborasi menjadi sebuah simfoni yang merdu, namun tetap saja menjemukan. Sinar matahari di luar sana sudah sedemikian terik. Kekhawatiran terlambat untuk segala aktivitas mulai terlihat melalui wajah-wajah cemas anak manusia di dalam bus kota. Ya, aku berada di antaranya. Dalam kondisi seperti ini apa yang bisa kulakukan selain diam, melamun menunggu bosan. Aku melihat arloji di tangan kiriku. Jam delapan lewat dua puluh dua menit, dalam lamunan itu pikiranku berkelebat ke waktu beberapa tahun yang silam. Waktu yang sama,…

bagaimana-kita-jatuh-hati

06 Oct: Bagaimana Kita Jatuh Hati?

Waktu tak pernah berencana untuk diam, beristirahat sekedar membuang lelah. Waktu akan senantiasa berlari dengan irama yang sama, konstan tak pernah berubah seolah memaksa kita untuk tumbuh kembang beriringan dengan waktu yang terus berjalan. Tak diizinkan sekalipun kita untuk berputar arah atau jalan kebelakang, tak akan pernah bisa. Sekarang ini yang bisa kita lakukan hanya ikut menapak arah bersama waktu, melanjutkan cerita yang telah dimulai, menyelesaikan bait demi bait skenario hidup yang telah dicetak rapi dalam naskah bernama waktu. Sedang untuk waktu yang sudah tertinggal jauh hanya bisa kita tertawakan, atau tangisi?, terserah. Lalu di kemudian hari, kita akan mengejawantahkan…

IjabKabul

21 Jun: Dua Puluh Satu Juni

Butiran embun menetes terburu-buru menggenapi tanah yang dari semalam sudah basah. Hanya sebentar sebelum kemilau asa dari ufuk timur datang untuk menghilangkan sisa-sisa hujan semalam, sedikit demi sedikit menghangatkan sejuta keinginan. Aku menatap bumi melalui kaca yang terbingkai dari dalam kotak besi yang bergerak perlahan, menegangkan.  Aku tidak bisa tidak tersenyum setiap kali mengingat kata bijak itu. Pagi adalah sebuah berkah yang indah, tak masalah ia datang dalam cerah atau mendung karena bagaimanapun pagi adalah awal untuk memulai sesuatu yang disebut kehidupan. Pun dengan pagi ini, ketika aku akan memulai sebuah cerita panjang kehidupan. Pukul enam tiga puluh tepat. Di bawah pohon beringin besar yang terbaris rapi…

cartoonaday-dot-com

25 May: Cerita tentang Wibi

Cerita ini dimulai saat matahari mulai tenggelam dan senja datang membawakan banyak sekali cerita. Sunyinya taman kota membuat suara ayunan yang berisik menjadi jelas setiap kali ia berdenyit. Satu persatu orang mulai pergi meninggalkan tempat itu, semakin sepi saja, menyisakan anak kecil yang termangu duduk sendiri di ayunan yang nyaris tak bergerak tepat di tengah taman kota. Ia mulai terisak di saat air matanya belum sempat jatuh. Tak ada yang lebih menyakitkan daripada itu. Tangis yang tak dibarengi oleh air mata. “Ayah” ia berucap pelan, memanggil sosok yang amat ia rindukan. Matahari sudah hilang sempurna. Langit menjadi gelap, plang Taman kanak-kanak Tadika Puri…

Family

10 Apr: Satu Tahun Yang Lalu

“Sudah pembukaan empat, Pak” perawat berusaha menjelaskan setelah berulang kali aku menanyakan kondisi istri yang saat ini sedang terbaring di unit gawat darurat. Beberapa menit yang lalu aku menerobos masuk pintu rumah sakit meminta pelayanan terbaik untuk istriku yang sejak sore tadi merasakan nyeri luar biasa di perutnya. Untunglah tidak terlambat, taxi yang kupesan datang tepat waktu, jalanan kota yang sepi membuat perjalanan dari rumah ke rumah sakit bisa ditempuh kurang dari sepuluh menit. “Silakan Bapak pulang dulu untuk membawa perlengkapan. Kami akan membawa istri bapak ke ruang persalinan. Mungkin harus menginap dua-tiga hari. Tak usah terburu-buru, Pak. Masih banyak…