Scroll Top

Satu Langkah Lagi, Garuda

Siapa menyangka tim sepakbola negeri ini, meski pincang di awal, bisa berlari sedemikian jauh pada perhelatan sepakbola akbar se-Asia tenggara dalam tajuk Piala AFF 2016. Padahal di awal tahun, sepakbola negeri ini masihlah dirundung duka akibat dimatikan secara sepihak karena olah pikir ketidakbecusan para penguasa yang semena-mena. Dan di akhir tahun, kita berada di ujung jalan untuk memperebutkan singgasana tertinggi di sebelah tenggara asia melawan mereka, negeri gajah putih, sang penguasa sementara. Siapa menyangka.

Terakhir kali kita merasakan sensasi yang sama, berada di atas untuk level teratas, itu lebih kurang enam tahun lalu. Di ajang yang sama.

Enam tahun lalu sepakbola negeri ini melaju mulus nyaris sempurna. Di babak penyisihan, musuh bebuyutan, Malaysia, dibantai habis satu lima. Juga Laos yang dipaksa memungut setengah lusin bola dari gawangnya tanpa sempat sekalipun membalas. Sebelum akhirnya tim kuat Thailand dihempaskan dengan skor tipis dua satu. Di semifinal, dipertemukan dengan Filipina, negeri ini berhasil menang dengan skor serupa : satu kosong.

Ketika itu, setiap kali tim sepakbola negeri ini bertanding, jalanan hampir sepi, semua larut dalam euforia kemenangan. Merah putih di sepanjang jalan. Maka ketika pada pertandingan puncak dipertemukan kembali dengan tim Negeri Jiran, yang pada pertandingan pertama dibantai habis, seluruh warga sepakbola negeri ini mengalami orgasme massal sebelum waktunya. Yakin sekali kita pulang dengan piala ditangan. Hasilnya? Nihil. Kemenangan dua satu di Jakarta, tak cukup untuk membalas kekalahan kosong tiga di Malaysia.

Sumber gambar : antara.com

Banyak sekali wacana yang berkembang di balik kekalahan yang memalukan enam tahun silam. Entah itu karena urusan politik, atau yang paling banyak diperbincangkan, urusan taruhan bola dalam skala besar. Apapun itu, kita jelas sudah kalah. Sampai detik ini level tertinggi sepakbola negeri ini belum bisa memberikan satu kegembiraan hakiki berupa gelar juara.

Kondisinya kini terbalik. Untuk mencapai puncak, tim sepakbola negeri ini berjibaku luar biasa, bahkan beberapa kali mereka nyaris dibuat malu. Sungguh dewi fortuna masih begitu mencintai kita semua. Bagaimana tidak, dengan materi pemain seadaanya, akibat regulasi yang membatasi jatah pemain dari suatu klub, juga cederanya pemain inti menjelang pagelaran dimulai. Dan tentu saja, yang paling parah dan sudah berulang kali disebutkan, akibat vakum dari dunia internasional setelah sekian lama. Tapi kita di sini sekarang. Di langkah terakhir menuju juara.

Sulit? Tentu saja? Mustahil? Tidak juga. Bukan hal mudah memang untuk melawan si penguasa. Bahkan pada hampir setiap rumah taruhan bola, pastilah mereka menjagokan lawan untuk menjadi juara. Tapi patut diingat, meski kalah di pertandingan awal, kita masih mampu memberikan perlawanan dengan dua gol yang berhasil disarangkan. Lagipula situasi yang ada sekarang cukup unik. Jika enam tahun lalu kita memermak habis lawan yang akan kita jumpai di final kala itu. Sekarang, pada parta final kita akan berjuma dengan lawan yang telah mempermalukan kita di pertandingan pertama. Bolehlah kiranya untuk kita tidak menghapus mimpi itu. Mimpi untuk menjadi juara.

Pada saat semesta negeri ini sedang tidak bersahabat dengan segala perbincangan politik yang biadab atau juga karena segala sangkut paut yang boleh jadi bisa merusak kebinekaan. Maka sepakbola, sebagaimana biasa, hadir sebagai pemersatu yang paripurna. Ia datang serupa oase yang menyegarkan di tengah padang pasir, datang tepat waktu setelah sekian lama mati suri, ketika negeri ini benar-benar membutuhkan hiburan juga penyemangat yang beradab. Yang tidak memedulikan siapa dan apa yang berada di sekitarnya. Hanya satu saja, dengan merah putih berkibar bersamanya. Dengan harapan yang kini mulai meninggi, juga semangat yang hadir dan ada di seluruh penjuru negeri. Tak ada salahnya untuk maju satu langkah lagi, Garuda.

Sumber gambar : affsuzukicup.com

Related Posts

Leave a comment