Back

Foto

Beberapa tahun sebelumnya hanya pada waktu-waktu tertentu sajalah manusia mengabadikan momen yang dilaluinya kedalam sebuah foto. Alasannya sederhana, kamera saat itu masih menjadi barang mewah yang tidak semua orang mampu untuk memilikinya selain itu proses cuci cetak yang memakan waktu membuat orang terlanjut malas untuk merekam aktivitasnya dalam bentuk cetak. Paling menyebalkan, untuk memiliki banyak momen kegiatan dalam bentuk cetak maka diperlukan juga ruang yang banyak untuk menyimpan jilid album tempat kita menyimpan foto.

Sebaliknya untuk sekarang ini foto seolah menjadi bentuk eksistensi dan arogansi dari setiap individu, maka berlomba-lombalah manusia untuk mendapatkan foto yang terbaik melalui perangkat genggamnya dimanapun, dengan siapapun, kapanpun seolah tak mengenal waktu mereka tak begitu peduli asalkan mendapat objek yang bagus untuk diunggah kedalam media sosialnya untuk mendapatkan love, like dan comment.

Photo Credit : Freepik.com

Photo Credit : Freepik.com

Yang menarik jika dulu kita membutuhkan bantuan manusia lain untuk mengambil foto sekarang ini lewat perangkat genggam pribadinya manusia bisa mandiri untuk berfoto, mereka menyebutnya selfie. Tak perlu saya menjelaskan arti dan bagaimana cara melakukannya yang menarik untuk dibahas adalah perkembangan bagaimana manusia melakukan selfie. Saya sempat hidup dimana mengambil foto dari sudut 60 derajat di atas kepala menjadi sebuah kelaziman pun dengan saat menempelkan ujung jari di ujung mulut, duh menjijikan sekali jika membayangkannya sekarang. Kemudian tren itu mulai bergeser, selfie pun membutuhkan objek pendukung untuk mempercantik hasilnya entah itu berfoto selfie dengan makanan di restoran mewah atau ditengah panorama alam yang begitu indah, atau dengan hasil sebuah pekerjaan yang membanggakan, atau dengan barang-barang mahal yang baru dibeli.

Tidak ada yang salah dengan itu semua, saya pun cukup sering mengambil dan mengunggah foto ke media sosial yang saya miliki. Anggap sajalah itu sebagai sebuah bentuk kesenangan atau alternatif untuk membunuh waktu luang selagi memang tujuannya untuk bersenang-senang. Yang menjadi menyebalkan adalah ketika foto yang diunggah itu memiliki tujuan untuk mendapatkan sanjungan, mencari perhatian atau untuk menyombongkan status sosial dan kemapanan, bukankah itu riya ?? dan riya itu sungguh dibenci Tuhan.

Ah, tidak saya hanya bercanda. Saya tidak mempunyai kapasitas dan juga kemauan untuk menjustifikasi nuraniah manusia lain. Saya bukan bapak ustadz yang terhormat itu. Meski tidak untuk diunggah kedunia maya saya sih menyarankan untuk anda mengambil foto sebanyak-banyaknya, karena foto adalah bukti, foto adalah bekal untuk kita menjadi pencerita yang baik di masa depan.

Jika anda memiliki ketahanan fisik dan mental yang cukup baik, saya ada sebuah gallery yang … lihat sajalah sendiri.

andhikamppp
andhikamppp
http://andhikamppp.com
Lelaki yang menulis ketika anak dan istrinya sudah tidur | Pembaca buku yang lambat | Pemimpi yang arogan | Karyawan swasta yang ingin pensiun | Mau liburan tapi gak punya cuti | Percaya bumi itu, bulat atau datar? | Terimakasih telah berkunjung, semoga menyenangkan. Jika berkenan, silakan baca tulisan kami yang lainnya. Untuk bisnis dan kerja sama silakan hubungi saya melalui halaman kontak

21 comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *