Scroll Top

Kagok Juara

Selasa 4 November 2014 , Stadion Jakabaring Palembang menjadi saksi lolosnya Persib ke Final Indonesia Super League. Gol dari Beto dibalas oleh Vladimir Vujovic di akhir akhir pertandingan  sebelum gol Atep dan Makan Konate di perpanjangan waktu menggenapkan kemenangan Persib, peluit panjang dibunyikan misi #Melawankemustahilan yang didengungkan para Bobotoh sebelum laga diselesaikan dengan sempurna. Persib 3 Arema 1.

Jika kita mengesampingkan final Inter Island Cup 2014 -yang entah kapan akan digelar- berarti ini adalah kali pertama untuk Persib melangkah ke babak Final dalam format kompetisi selama hampir 20 tahun. Tentu saja ini melipat gandakan animo bobotoh , bagaimana tidak, sebagian besar dari bobotoh yang hadir di Jakabaring kemarin belum mengerti apa itu sepakbola saat terakhir kali Persib melangkah ke final, boleh jadi sebagian dari mereka bahkan belum lahir. Dari info yang beredar tak kurang dari 100 bus berangkat hari ini menuju ke Palembang hampir 5 kali lipat dari jumlah yang berangkat Senin kemarin. Itu belum dihitung dengan mereka yang berangkat menggunakan kendaraan Pribadi atau Pesawat terbang, dan juga mereka yang memilih menunggu di Palembang.

Jika pertandingan Final di gelar seperti rencana semula, di Stadion Gelora Bung Karno entah berapa banyak baju biru yang melintasi jalur transportasi di jalan jalan menuju Jakarta.

“Kujual Baju Celanaku Untuk Menonton Permainanmu. Lapar Teu Paduli Nu Penting Aing Lalajo Persib”

Potongan lirik di atas adalah lirik lagu Aink Pendukung Persib yang dipopulerkan oleh PAS BAND di medio awal 2000-an. Setelah lebih dari 10 tahun, sekarang lagu itu kembali ramai dinyayikan, bukan oleh PAS tapi dinyanyikan dan dirasakan oleh hampir semua bobotoh Persib Bandung. Dengan tagline #Kagokjuara para bobotoh rela menjual apa apa yang mungkin dijual untuk #modalfinal , sila disimak timeline twitter @officialvpc dua hari terakhir. Demi memudahkan para Bobotoh -yang kebetulan sedang kekurangan dana- akun twitter Viking Persib Club seolah berubah menjadi jasa perantara jual beli, menonton final di palembang menjadi kebutuhan primer para bobotoh untuk minggu ini mengalahkan handphone, motor atau barang barang lainnya.

Hei para pengusaha di Jawa Barat, berapa banyak Surat Cuti yang kalian tanda tangani minggu ini ??

Saya tidak bisa mengingat apa yang sedang saya lakukan 20 tahun silam, tapi jika hitungan kalender itu absolute maka 20 tahun yang lalu kemungkinan saya sedang merengek meminta es krim pada orang tua saya, jangankan memikirkan Persib atau sepakbola, saat itu bisa membaca pun saya tidak. Semenjak terakhir kali Persib Juara ditambah waktu yang tak pernah diam tidak ada perubahan signifikan dari saya ataupun Persib. Kitu kitu keneh , mereka tak pernah juara, dan saya tak pernah terlalu memikirkan mereka.
Saya suka Sepakbola , tapi tidak terlalu suka datang ke stadion untuk menonton langsung pertandingan, khusus untuk Persib, terakhir kali saya menonton di Stadion sekitar 10 tahun lalu, hampir bertepatan dengan boomingnya lagu Aink Pendukung Persib . Dan sebagai hasil kembang tumbuh sperma asli Bandung saya merasa durhaka.
Tapi satu minggu terakhir ini, untuk pertama kalinya secara sadar saya ngabebela buat nonton Persib, silakan sebut saya glory hunter tidak masalah. Tapi bukan Persib ke semifinal (dan juga final) yang membuat saya ingin ikut berperan aktif sebagai bobotoh.  para bobotoh itulah alasannya, kegilaan, nazar, dan janji yang mereka ucap jika Persib Juara membuat saya tersenyum bangga, dalam satu waktu muka dan mata saya memerah membaca apa yang mereka tulis di social media. Benar bahwa hal seperti itu bukan yang pertama untuk mereka, tapi untuk saya, seperti yang saya sebutkan di atas, ini adalah pertama kalinya saya ngabebela untuk Persib.
“Belum tentu ada lagi kesempatan a, 20 tahun sekali juga belum tentu” pernyataan adik sepupu yang ikut ambil bagian dari rombongan bobotoh yang berangkat ke Palembang. “Oke aa ikut”.
Tapi saya dihukum Dewa Sepakbola, saya tak pernah seantusias ini saat Persib jauh dari juara, sekarang saat ingin terlibat aktif sebagai bobotoh Dewa Sepakbola tak mengizinkan saya ikut, kata dia “Maneh hayang ngeunahna wae euy mang, ari pas keur goreng teu dilalajoanan, keur alus weh riweuh, engke deui mang, diajar heula ngadukung sing bener” cuti kerja ditolakDan jika nanti Persib Juara saya tidak termasuk menjadi bagian sejarah bersama mereka di Palembang sana, satu satunya hal yang bisa ceritakan ke cucu saya nanti adalah “Cu, waktu Persib juara, kakek nonton loh” sebelum cucu saya bermuka senang, tentu saya di akhir kalimat saya tambahkan “di televisi”
Ah, di tulisan ini terlalu banyak kata “Persib” dan “Juara”  . “Persib” dan “Juara” adalah sebuah simbiosis mutualisme, seperti sepasang sepatu “Persib” dan “Juara” akan terlihat keren jika dilihat bersebelahan. Seperti kedua kaki yang mampu berdiri tegak saat keduanya berjajar sama rata. Seperti  mata yang tak lagi indah saat salah satunya dipaksa hilang.
Persib dan Juara adalah sebuah korelasi kompleks. Selalu diucapkan begitu liga dimulai tapi kemudian menguap pergi begitu musim liga mendekati akhir. Selalu berulang begitu, apa bedanya dengan reality show murahan di televisi ?? Yang selalu menyuguhkan adegan yang sama dengan peran dan waktu yang berbeda.
Reality show na oge geus tamat, sok carita anyar dimulai , JUARA !!!!
Persib dan Juara adalah sebuah hubungan, hubungan jarak jauh lebih tepatnya, hanya bisa bertemu jika ada kemauan tekad yang kuat dari pelakunya. Dalam hal ini diperlukan kemauan usaha dan doa yang hebat dari Persib dan turunan pendukungnya. Dan 20 tahun adalah waktu yang sangat panjang, ini waktu yang tepat untuk mereka yang sudah sangat rindu juara. Tak ada lagi moment yang lebih baik dari ini, sekarang atau tidak sama sekali.
Ayo sib, geus nepi kadie, kagok juara sakalian !!!!
Izin cuti ditolak, besok jadwal istri Check up. Saya tak bisa nazar yang gila seperti mereka yang lainnya, tapi jika besok Persib juara, saya akan bisikkan ke anak di perut istri saya
“Nak, tim dari kota kelahiran kita juara”

Related Posts

Comments (2)

Leave a comment