Related Posts
Saya sedang merasa puas luar biasa. Pasalnya, sudah lama sekali, sejauh yang saya ingat, saya mampu mengkhatamkan satu pertandingan penuh laga yang dilakoni tim sepakbola favorit saya. Iya, di layar kaca tentu saja. Di akhir pekan kemarin saya berhasil menghabiskan sembilan puluh menit penuh melihat mereka berjibaku di tengah lapang meluluhlantahkan musuh bebuyutannya. Beberapa waktu yang banyak, saya memang kerap alfa dalam memberi dukungan maya. Jangankan satu laga penuh atau separuhnya, bahkan bisa dikatakan saya absen menonton di hampir seluruh laga yang mereka mainkan.
“Derby Milan dinihari itu sesungguhnya adalah perang taktik kedua pelatih meski akhirnya harus mengorbankan esensi dari keindahan sepakbola” Ketika Walter Mazzari tetap menurunkan formasi 3 bek andalan nya di Derby Milano lalu, saya seketika berfikir bahwa mungkin sepanjang laga saya akan terus menerus di buat tegang sekaligus penasaran apa yang akan terjadi di laga akhir tahun itu. Terlebih lagi, Allegri menurunkan formasi pohon Natal yang sangat mungkin menjadi anti teori dari formasi Mazzari. Babak pertama resmi menjadi milik sang kakak dengan dominasi luar biasa yang mungkin bisa membuat Abbiati mengambil gadget lalu browsing ke google untuk melihat lagi kiprah terbuang…
Paolo Cesare Maldini 26 June 1968 Milan, Italy ‘Per 20 anni nostro rivale, ma nella vita sempre leale’ #isengisengwallpaper
Hilir mudik para penumpang tampak tidak terlalu padat di Stasiun Barcelona Sants ketika aku tiba. Entah karena ini bukan akhir pekan atau memang aku tiba di waktu dimana banyak orang sedang menyantap makan siang atau mungkin siesta sebelum kembali beraktivitas. Belum tepat pukul 1 siang ketika aku memutuskan mendaratkan tubuhku di deretan bangku kosong berwarna gelap seraya menunggu kereta ku datang. Penutup kepala yang terdapat pada bagian belakang jaket segera kuturunkan. Situasi di sekitar, aku rasa, cukup kondusif untuk aku bisa menunggu dengan tenang tanpa dikenali. Bukan soal aku yang ogah dan malas melayani penggemar, namun hari ini aku hanya…
” Saya jangan diganggu dulu. Saya siap miskin untuk negara ini.” Beberapa waktu lalu, di twitter kalimat tersebut sempat menjadi bahasan utama, seperti yang kita tahu kalimat tersebut disampaikan oleh bintang muda sepakbola Indonesia, Evan Dimas Darmono ketika ditawari menjadi bintang iklan di salah satu produk dengan bayaran cukup tinggi. Yaa seperti yang kita tahu, prestasi Timnas Indonesia U-19 memberikan “efek bintang” terhadap para pemainnya, terlebih kepada Evan Dimas selaku kapten dan kerap menjadi penentu kemenangan tim. Sepakbola, dewasa ini telah menjadi komoditi bisnis yang luar biasa besar dari pasar kecil, sampai industri besar banyak yang mulai menggunakan sepakbola sebagai media…
“Bagi Lazio dan Laziale ini lebih dari sekedar perebutan gelar juara, ini soal harga diri La Prima Squadra Della Capitale yang berarti Klub pertama ibu kota” Apa yang terlintas dibenak Anda ketika mendengar nama Societa Sportiva Lazio atau biasa disingkat SS Lazio atau jika mau lebih singkat, sebut saja Lazio? Sederet pemain mega-bintang di era 90-2000 yang berhasil menahbiskan Lazio sebagai Raja Eropa di tahun 1999/2000 kala bersua Manchester United di ajang Piala Super Eropa kah? Ya bisa saja. Lebih dari satu dekade yang lalu, nyaris semua klub Serie A akan tunggang-langgang ketika berhadapan dengan Lazio, ibarat kata Lazio adalah dream-team di eranya….