Related Posts
Dalam dua minggu terakhir, paling tidak satu perempat koleksi telah menghilang dari lemari. Iya, dua minggu lalu saya memutuskan untuk melepas ke pasar baju bola yang selama ini saya koleksi. Meskipun belum habis, keputusan untuk melepas semua koleksi sedikit berbuah manis. Dana yang didapat dari penjualan baju tersebut saya alokasikan untuk menyogok membeli kebutuhan rumah tangga agar saya bisa membeli mainan. Saya sempat pesimis ketika memutuskan untuk menjualnya. “Ada yang mau emang?”, “Laku enggak ya” dan nada-nada sumbang lain. Ternyata salah. Dunia bola, termasuk baju bola di dalamnya, masih tetap seperti sedia kala. Dalam porsi tertentu, ia menjadi salah satu…
Andai saja Vidic pernah belajar pelajaran Bahasa Indonesia Mari kita sedikit bernostalgia , tepatnya kita coba kembali mengingat apa yang terjadi pada 22 September 2005. Hari itu, di Stadion Santiago Bernabeu, tuan rumah Real Madrid kedatangan tim tamu yaitu Atletic Bilbao. Wanderley Luxemburgo, pelatih Real Madrid kala itu tidak melakukan banyak perubahan pada skuadnya kecuali memainkan seorang Inggris selain David Beckham. Malam itu Jonathan Woodgate yang di datangkan dari Newcastle United akhirnya memainkan debut nya dengan seragam kebesaran Los Blancos. Woodgate sebenarnya sudah di datangkan dari musim sebelumnya, namun karena cedera kambuhan yang ia bawa sejak dari Liga Inggris, maka…
“… so you can see me, I put make up on my face. But there’s no way you can feel it… from so far away.” Sepenggal kalimat di atas adalah bagian sepotong lirik dari lagu yang entah mengapa menjadi favorit saya sejak beberapa hari terakhir ini. Lagu yang saya maksud adalah lagu yang di nyanyikan oleh seorang penyanyi wanita asal Inggris yaitu Emili Sande. Lirik tersebut ada di sebuah lagu yang berjudul “Clown”. Lagu yang di nyanyikan Emili Sande tersebut sebenarnya sudah di rilis sejak 3 Februari 2013 lalu dan menduduki posisi no 4 di tangga lagu UK Singles sepanjang…
Collezio adalah sebuah bahasa italia yang jika diterjemahkan secara paksa kedalam Bahasa Indonesia memiliki arti ‘koleksi’. Dan Inter dalam bahasa semesta bola kerap diidentikan kepada sebuah tim sepakbola yang juga berasal dari italia. Jadi jika sekali lagi saya diizinkan untuk memaksakan bahasa terjemahan maka saya akan mengartikan Collezio Inter adalah koleksi inter. Lalu bagaimana jika ada sekelompok orang yang melabeli diri mereka dengan nama Collezio Inter, apakah mereka itu adalah kelompok orang-orang yang punya koleksi tentang Inter?? Nama bagaimanapun adalah sebuah tentang variasi yang banyak. Bisa saja ia tentang warna kulit seperti misalnya si hitam & si putih atau bisa…
Kursi kayu sederhana aku duduki saat tulisan ini aku rangkai. Jika biasanya aku mengetik buah pikiran ku dengan komputer, kali ini aku memilih menulis dengan tangan ku sendiri. Cerutu yang sedari tadi ku nikmati tetap menyala di iringi hembusan angin pedalaman hutan Chiapas. Entah sudah horchata gelas ke berapa ku tenggak demi kesegaran di tenggorokanku. Tidak ada belitan amunisi laras panjang AK-47 otomatis di leher ku dan ketiadaan pasukan pengawal di sekitarku menandakan aku sedang duduk nyaman di tempat aman ketika menulis ini, termasuk ketika aku memutuskan melepas balaclava favorit ku untuk sejenak. Ini bulan ke 8 yang berarti bulan…
“Temui aku pukul 10 malam di Botinero”. Javier Zanetti membaca pesan yang terpampang di layar telfon genggam canggihnya lalu memerosotkan nya ke saku kiri mantel hitam yang panjang nya mendekati lutut. Angin malam berhembus cukup menusuk di pelataran Hotel Melia Milano ketika seorang pria bergaya necis berdiri di depan lobby dan tak lama kemudian sebuah taksi menghampiri nya. “Buonanotte, dove stai andando, signore?” sang supir membuka percakapan setelah pria itu masuk dan duduk di bangku belakang. “per favore mi navetta a questo indirizzo…” sang penumpang lantas menyerahkan secarik kertas yang bertuliskan VIA S.Marco, 3, 20121 Milano. Taksi pun segera melaju menembus…
“Derby Milan dinihari itu sesungguhnya adalah perang taktik kedua pelatih meski akhirnya harus mengorbankan esensi dari keindahan sepakbola” Ketika Walter Mazzari tetap menurunkan formasi 3 bek andalan nya di Derby Milano lalu, saya seketika berfikir bahwa mungkin sepanjang laga saya akan terus menerus di buat tegang sekaligus penasaran apa yang akan terjadi di laga akhir tahun itu. Terlebih lagi, Allegri menurunkan formasi pohon Natal yang sangat mungkin menjadi anti teori dari formasi Mazzari. Babak pertama resmi menjadi milik sang kakak dengan dominasi luar biasa yang mungkin bisa membuat Abbiati mengambil gadget lalu browsing ke google untuk melihat lagi kiprah terbuang…
“Daripada delapan scudetto. Daripada promosi dari Seri B. Daripada satu Coppa Italia. Daripada empat Piala Super Italia. Daripada satu trofi Liga Champions. Daripada satu Piala Super Eropa. Daripada satu Piala Interkontinental. Daripada sebuah gol ke gawang Fiorentina. Daripada sebuah gol dengan gaya Del Piero. Daripada sebuah gol di Tokyo. Daripada air mata saya. Daripada sebuah gol di Bari. Daripada sebuah gol voli back-heel di dalam derby. Daripada sebuah gol untuk Avvocato. Daripada lidah yang terjulur dalam laga melawan Inter. Daripada sebuah assist untuk David. Daripada gol nomor 187. Daripada sebuah gol di Jerman. Daripada Berlin. Daripada sebuah gol ke gawang…
Saya sedang merasa puas luar biasa. Pasalnya, sudah lama sekali, sejauh yang saya ingat, saya mampu mengkhatamkan satu pertandingan penuh laga yang dilakoni tim sepakbola favorit saya. Iya, di layar kaca tentu saja. Di akhir pekan kemarin saya berhasil menghabiskan sembilan puluh menit penuh melihat mereka berjibaku di tengah lapang meluluhlantahkan musuh bebuyutannya. Beberapa waktu yang banyak, saya memang kerap alfa dalam memberi dukungan maya. Jangankan satu laga penuh atau separuhnya, bahkan bisa dikatakan saya absen menonton di hampir seluruh laga yang mereka mainkan.
Saat tulisan ini muncul di layar gadget anda, Steven Gerrard mungkin sedang berlari lari kecil di Stub Hub Center California bersama Robbie Keane di bawah arahan Bruce Arena. Gerrard adalah satu dari beberapa nama yang akhirnya memutuskan meninggalkan panggung sepakbola Eropa. Silau nya lampu sorot di benua biru tak lagi di rasa nyaman hingga akhir nya Amerika menjadi tujuan selanjutnya. Hasrat Gerrard untuk bisa menjadi juara Liga Inggris mungkin masih menyala meski dengan cahaya yang temaram bahkan nyaris mati. Maka tak ada yang salah juga ketika seorang Steven Gerrard memilih merumput di MLS agar lebih menikmati hidup nya sebagai pemain…
#isengisengwallpaper
“Serie-A adalah gambaran kecil dari kehidupan manusia itu sendiri. Penuh drama, penuh intrik, penuh emosi, atau bahkan suci sekaligus munafik yang tersembunyi di antara tarik dan buang nafas setiap hari” Kamis 24 Oktober 2013 pagi waktu Indonesia, di media sosial twitter yang dimana saya terdaftar sebagai pengguna aktif, saya banyak sekali membaca dan melihat kicauan dari beberapa akun dan semua twit yang saya baca banyak yang berisi ejekan terhadap satu subjek tertentu. Ya, pagi itu Arturo Vidal mendadak menjadi hits dengan banyaknya twit yang memuat nama belakang dirinya. Deras nya twit yang memuat dirinya pagi itu di unggah banyak pengguna…